Tapanuli Selatan (ANTARA) - Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka-37 di Desa Sorimanon, Kecamatan Angkola Muaratais, Kabupaten Tapanuli Selatan konsisten menerapkan pola tanam padi jajar legowo super (Jarwo 2:1), karena hasil panennnya dinilai menjanjikan.
"Teknologi jarwo super sudah saya terapkan sejak 2015 lalu. Hasilnya jauh meningkat dibanding tanam biasa," kata Eliana Boru Harahap, Ketua KWT Cempaka ditemui ANTARA disela-sela aktivitasnya di lahan sawahnya, Sabtu (9/1).
Baca juga: Kesadaran masyarakat Tapsel akan protokol kesehatan mulai tinggi
Ia membandingkan hasil tanam jarwo super dengan tanam biasa bisa mencapai dua ton selisih hasil GKP (Gabah Kering Panen) dalam per hektare (Ha). Setelah diubin pola tanam biasa cuma 5,5 ton, sedang jarwo super 7,5 ton dalam per hektare.
"Bayangkan saja panen pada sekitar November 2020 lalu menggunakan varietas Inpari 32 hasil tanam jarwo super bisa mencapai 8,5 ton/ha. Untuk tanam Desember 2020-Januari 2021 KWT gunakan varietas Mekongga, karena bantuan varietas Inpari 32 sudah tidak ada tahun ini," ugkapnya.
Untuk Indeks Pertanaman (IP) padi sawah khususnya di Desa Sorimanaon yang memiliki luas baku sawah lebih kurang 150 Ha, kata dia, bisa mencapai 2,5 dalam setahun. Karena, dukungan irigasi yang baik.
"Namun sayang, banyak masyarakat petani yang kurang berminat tanam jarwo super padahal hasilnya sudah saya rasakan sejak 2015. Alasan soal biaya lebih mahal. Upah per orang buruh tani tanam biasa Rp120/hari sedang jarwo super Rp220 ribu/hari dalam satu lungguk (0,16 ha)," jelasnya.
Menurutnya, tanam jarwo super memiliki kelebihan dibanding tanam biasa. Karena, mulai proses perawatan, pemupukan, penyemprotan tanaman padi lebih mudah, sebab, memiliki gawangan (jalur) lebar mencapai 40 cm x 20 cm. Bahkan serangan hama tikus juga agak berkurang," terangnya.
Dalam kesepatan ini, ia, juga mengeluhkan kendala yang dihadapi petani (KWT Cempaka-37) terkait kesulitan mendapatkan (membeli) pupuk urea bersubsidi yang terpaksa dibeli dengan harga tanppa subsidi.
"Untuk pupuk poska, SP36, ZA petani masih mudah mendapatkannya selain pupuk urea bersubsidi," tandasnya seraya berharap pemerintah dapat memberikan solusi agar petani mudah mendapatkan pupuk urea bersubsidi apalagi ditengah menghadapi pandemi COVID-19.