New York (ANTARA) - Harga minyak melonjak hampir tiga persen pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), dengan Brent melonjak di atas 50 dolar AS per barel untuk pertama kali sejak awal Maret, didorong oleh harapan pemulihan permintaan yang lebih cepat karena negara-negara mulai meluncurkan vaksin COVID-19.
Sentimen bullish mengimbangi peningkatan besar dalam persediaan minyak mentah AS yang menunjukkan masih ada banyak pasokan tersedia.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Februari terangkat 1,39 dolar AS atau 2,8 persen, menjadi menetap di 50,25 dolar AS per barel, naik untuk hari ketiga berturut-turut. Sementara itu, minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) bertambah 1,26 dolar AS atau 2,8 persen, menjadi ditutup di 46,78 dolar AS per barel.
Kedua acuan mencapai level tertinggi sejak Maret, dengan kontrak Brent dan WTI mencatat sesi tertinggi masing-masing 51,06 dolar AS per barel dan 47,74 dolar AS per barel. Namun, indeks kekuatan relatif mereka menunjukkan keduanya telah pindah ke wilayah overbought.
Inggris memulai vaksinasi minggu ini dan Amerika Serikat dapat memulai vaksinasi secepatnya akhir pekan ini. Kanada pada Rabu (9/12/2020) menyetujui vaksin pertamanya dan mengatakan suntikan awal akan dikirimkan mulai minggu depan.
Investor mengabaikan laporan mingguan Rabu (9/12/2020) tentang persediaan minyak AS yang menunjukkan kenaikan besar-besaran stok minyak mentah sebesar 15,2 juta barel. Analis memperkirakan penurunan 1,4 juta barel.
“Tidak setiap hari pasar mengabaikan persediaan minyak mentah AS mingguan,” kata Bjornar Tonhaugen, kepala pasar minyak Rystad Energy. "Pelacakan cepat vaksinasi meningkatkan harapan bahwa permintaan minyak akan mendapatkan keuntungan lebih cepat dan pasar Amerika Utara adalah konsumen utama."
Kekhawatiran atas serangan di ladang minyak Irak juga memberikan dukungan. Dua sumur di sebuah lapangan kecil dibakar oleh bahan peledak pada Rabu (9/12/2020), tetapi produksi keseluruhan dari lapangan tidak terpengaruh.
Minyak telah pulih dari posisi terendah bersejarah yang dicapai pada April ketika pandemi menghantam permintaan, dibantu oleh kesepakatan pemotongan pasokan oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+.
OPEC+ selanjutnya akan mengurangi pembatasan pasokannya pada Januari dengan menambahkan tambahan 500.000 barel per hari meskipun pelonggaran tersebut lebih bertahap dari yang telah disepakati sebelumnya, untuk memberikan dukungan tambahan ke pasar.