Jakarta (ANTARA) - Vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh Pfizer terbukti lebih dari 90 persen efektif berdasarkan uji coba awal, kata Pfizer dalam siaran resmi, Senin, seperti dikutip dari Reuters pada Selasa. Ini merupakan kemenangan besar dalam perang melawan virus yang telah membunuh lebih dari sejuta orang di dunia dan menghantam ekonomi global.
Para ilmuwan, pejabat kesehatan masyarakat, dan investor menyambut baik data pertama sementara yang sukses dari uji klinis skala besar sebagai momen penting yang dapat membantu mengatasi pandemi jika hasil uji coba lengkap berjalan dengan baik.
Namun, peluncuran massal, yang harus melewati berbagai aturan, tidak akan terjadi tahun ini dan sebagian vaksin dipandang perlu untuk memenuhi kebutuhan global yang sangat besar.
Baca juga: Tim riset: Tidak ada lagi penyuntikan vaksin COVID-19
Pfizer dan mitra Jerman BioNTech akan mengupayakan otorisasi penggunaan darurat di AS bulan ini, sehingga kemungkinan regulasi bisa diputuskan pada Desember.
Jika izin sudah turun, mereka memperkirakan bisa menyediakan hingga 50 juta dosis vaksin tahun ini, cukup untuk 25 juta orang, lalu memproduksi hingga 1,3 miliar dosis vaksin pada 2021.
"Hari ini adalah hari yang luar biasa bagi sains dan kemanusiaan," kata Kepala Eksekutif Pfizer Albert Bourla.
Para ahli mengatakan mereka ingin melihat data uji coba secara lengkap, namun hasil awal tampak menggembirakan.
“Berita ini membuat saya tersenyum lebar. Sungguh melegakan melihat hasil positif pada vaksin ini dan menjadi pertanda baik untuk vaksin COVID-19 secara umum, ”kata Peter Horby, profesor penyakit menular yang muncul di Universitas Oxford.
Masih banyak pertanyaan yang muncul, seperti seberapa efektif vaksin berdasarkan etnis atau usia pasien dan berapa lama kekebalan dapat bertahan.
“Tapi intinya adalah, itu vaksin yang eefektivitasnya lebih dari 90 persen, itu luar biasa,” pakar penyakit menular AS terkemuka Dr. Anthony Fauci mengatakan kepada CNN.
Pfizer berharap dapat izin dari AS agar vaksin ini bisa dipakai orang-orang berusia antara 16-85 tahun. Untuk itu, perlu data lanjutan selama dua bulan untuk memastikan tidak ada efek samping. Data itu diperkirakan tersedia pada pekan ketiga November.
Sekretaris Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan A.S. Alex Azar mengatakan butuh beberapa pekan bagi untuk menerima dan memproses data sebelum menggulirkan persetujuan.