Medan (ANTARA) - PT Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan, Sumatera Utara (Sumut), mengakui masa pandemi COVID-19 dan saat harga emas naik serta mendekati Idul Fitri sebagian besar nasabah melakukan aksi menebus gadaian emas mereka.
"Semakin mendekati Lebaran, banyak nasabah yang menebus dengan tujuan untuk dipakai Lebaran dan dijual kembali memanfaatkan momentum harga emas yang mahal," ujar Pemimpin Wilayah PT Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan, Edwin Soeharto Inkiriwang, di Medan, Minggu (3/5).
Harga emas logam mulia mencapai Rp900 ribuan per gram.
Baca juga: Pegadaian Medan targetkan satu juta nasabah tahun 2020
Mengutip pernyataan pengusaha toko emas di Medan, Edwin mengungkapkan toko emas kewalahan menerima penjualan emas masyarakat karena keuangan atau modal yang terbatas. Akhirnya beberapa toko emas juga melakukan aksi tutup sementara, karena lebih banyak yang menjual dari membeli.
Bahkan pengusaha toko emas terpaksa menggadaikan emas hasil pembeliannya ke Pegadaian untuk bisa menambah modal.
Baca juga: Pegadaian raih penghargaan BUMN terbaik 2019
"Tentunya margin keuntungan toko emas semakin kecil," katanya.
Edwin menyayangkan aksi jual emas yang dilakukan nasabah bila bukan untuk keperluan penting, karena harga emas bakal naik atau bahkan bisa menembus Rp2 juta.
"Secara keseluruhan pandemi COVID-19 berdampak negatif bagi bisnis Pegadaian yang nasabahnya sebagian besar merupakan warga dengan ekonomi menengah ke bawah," katanya.
Dia memberi contoh sudah ada 727 orang nasabah Pegadaian yang mengajukan restrukturisasi kredit dengan alasan perekonomian terganggu akibat pandemi COVID-19.
"Pandemi COVID-19 membuat perekonomian atau keuangan nasabah terganggu, jadi Pegadaian memang menawarkan restrukturisasi kredit di pandemi COVID-19," ujar Edwin.
Restrukturisasi yang diberikan Pegadaian ada produk berbasis fidusia seperti Kreasi (produk konvensional), Arrum (produk syariah), dan Amanah (Pembiayaan Kendaraan Bermotor).