Jakarta (ANTARA) - Lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) kembali memfasilitasi pemulangan 101 warga Sumatera Barat dari Wamena, Papua menggunakan pesawat komersil yang sebelumnya juga dilakukan pada 3 Oktober 2019.
"Ini merupakan kedua kalinya ACT memfasilitasi pemulangan pengungsi ke Sumatera Barat," kata Komandan Posko Nasional ACT untuk tragedi kemanusiaan Wamena, Wahyu Novyan
melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu.
Total sudah lebih dari 200 pengungsi yang telah diberangkatkan dari Wamena ke Sumatera Barat. Lembaga itu juga bertekad memfasilitasi pemulangan pengungsi ke daerah lainnya yaitu Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.
"Mereka yang diberangkatkan hari ini mengungsi di Posko Ormas Adat Minahasa dan Posko Masjid Al Aqsa, Sentani," katanya.
Aksi kemanusiaan tersebut melibatkan langsung tim medis ACT untuk mendampingi para pengungsi. Berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan, pada umumnya anak-anak mengalami demam dan satu orang mengalami mimisan namun telah ditangani.
Sementara itu, koordinator tim medis ACT dr Rizal Alimin mengatakan para pengungsi tersebut juga mengalami kelelahan sehingga berdampak langsung pada kesehatannya.
"Sebagian besar mereka mengalami kelelahan," katanya.
Langkah ACT memfasilitasi kepulangan pengungsi merupakan ikhtiar memenuhi kebutuhan pengungsi akan tempat berlindung yang lebih nyaman. Sejauh ini kebutuhan paling mendesak mereka yaitu kembali ke daerah masing-masing.
"Mereka sangat ingin pulang dan kembali ke daerah masing-masing, inilah yang kami lihat di lapangan," katanya.
Kegiatan kemanusian ACT juga akan terus berlangsung di Sentani, Jayapura. Tim medis masih disiagakan untuk memberikan layanan kesehatan kepada pengungsi. Selain itu, dapur umum juga diaktifkan untuk menyuplai sarapan para pengungsi di Rindam Sentani.
Sebelumnya, sebanyak 132 perantau asal Sumatera Barat yang bermukim di Wamena, Provinsi Papua difasilitasi ACT mendarat di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) pada Jumat dini hari sekitar pukul 01.50 WIB.
"Ini adalah rombongan yang berangkat dari Sentani berlanjut ke Balikpapan, dan kemudian mendarat di BIM. Seluruhnya berasal dari Kabupaten Pesisir Selatan," kata Dewan Pembina ACT N Imam Akbari.