Medan (ANTARA) - Sebanyak tiga orang dari 17 penderita difteri di Sumatera Utara (Sumut) selama Januari-September 2019 meninggal dunia
"Difteri menjadi salah satu penyakit endemik di Sumut sehingga Pemerintah Provinsi Sumut berupaya menekan angka penderita penyakit itu yang memang trennya meningkat," ujar Gubernur Sumut Edy Rahmayadi di Medan, Senin.
Laporan Dinas Kesehatan Sumut, hingga September tahun 2019 sudah terjadi 17 kasus difteri dengan tiga penderita di antaranya meninggal dunia.
Kasus difteri terakhir di Sumut adalah kematian mahasiswi Universitas Sumatera Utara (USU) asal Malaysia, awal September lalu.
Jumlah penderita defteri di Sumut hingga Septenber 2019 itu meningkat dibandingkan pada tahun 2018 yang totalnya mencapai 17 dan pada 2017 ada 10 kasus.
"Pemprov Sunut serius menangani kasus penyakit endemik dan berharap mendapat dukungan semua pihak," katanya.
Difteri adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh bakteri corynebacterium diphteriae, yang menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan, serta dapat mempengaruhi kulit. Penyakit ini menular dan termasuk infeksi serius yang berpotensi mengancam jiwa.
Edy menegaskan, diperlukan konsolidasi pihak terkait di Sumut mulai dari puskesmas, rumah sakit, hingga pemerintah kabupaten/kota.
"Seluruh pihak terkait diminta agar mengutamakan antisipasi dan kepedulian pada kasus penyakit endemik, serta cepat tanggap dalam penanganannya," ujar Gubernur.
Ia menegaskan, dalam mencegah penyakit endemik yang paling penting diperlukan antisipasi dan kepedulian dan diharapkan, penyakit endemik di Sumut bisa berkurang terus.
"Kesehatan adalah salah satu prioritas Pemprov Sumut. Dengan kesehatan yang baik, maka SDM membaik," katanya.
Kepala Dinas Kesehatan Sumut Alwi Mujahit Hasibuan mengatakan, seluruh jajaran terkait sudah berkomitmen untuk menanggulangi penyakit endemik, salah satu komitmennya mendukung imunisasi dan cepat tanggap.