New York (ANTARA) - Harga minyak dunia naik pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), setelah pada akhir pekan lalu turun,
karena investor tetap khawatir tentang kekurangan pasokan global,
Serangan pesawat tanpa awak ke fasilitas minyak utama Arab Saudi pada 14 September menghapus 5,7 juta barel produksi minyak mentah setiap hari. Jumlah tersebut menyumbang lebih dari setengah dari total produksi negara tersebut, atau lebih dari lima persen dari total dunia.
Analis mengatakan meskipun laporan berita menunjukkan Arab Saudi telah memulihkan sekitar 75 persen dari produksi minyak mentah yang hilang dalam serangan itu, kemungkinan serangan lain akan mendukung harga minyak.
Patokan AS, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate untuk pengiriman November naik 0,55 dolar AS menjadi menetap pada 58,64 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, patokan global, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November bertambah 0,49 dolar AS menjadi ditutup pada 64,77 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Pasar minyak melonjak hampir 20 persen pada Senin (16/9/2019) sebagai reaksi terhadap serangan 14 September, yang mengurangi separuh produksi Saudi dan memotong pasokan global sekitar lima persen. Namun harga sejak itu memangkas sebagian besar keuntungan karena jaminan dari kerajaan bahwa pihaknya akan mengembalikan produksi yang hilang pada akhir bulan ini.
Namun, harga telah mempertahankan premi risiko karena ketegangan geopolitik di wilayah tersebut meningkat dengan Amerika Serikat dan Arab Saudi menuduh Iran dibalik serangan tersebut. Teheran menyangkal keterlibatannya.
Harga minyak turun pada akhir pekan lalu, di tengah kekhawatiran baru atas perang perdagangan AS-China, tetapi minyak berjangka masih membukukan kenaikan mingguan, dengan Brent menandai kenaikan mingguan terbesar sejak Januari, setelah serangan terhadap industri minyak Arab Saudi.
Baca juga: Harga emas naik lebih dari satu persen karena investor beralih ke "safe haven"
Harga minyak dunia naik di tengah berlanjutnya kekhawatiran pasokan global
Selasa, 24 September 2019 7:48 WIB 568