Jakarta (ANTARA) - Duel 'panas' di lini tengah kemungkinan besar tersaji dan bisa menjadi penentu dalam laga lanjutan Grup G Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia antara tim nasional Indonesia versus Thailand, Selasa (10/9).
Kedua kesebelasan memiliki deretan gelandang dengan kualitas mumpuni yang bisa menjadi pembeda dalam pertandingan yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, mulai pukul 19.30 WIB itu.
Kubu Thailand memiliki gelandang serang bertinggi badan tidak sampai 160 centimenter Chanatip Songkrasin yang perannya nyaris tidak tergantikan di skuat berjuluk Gajah Perang.
Gerakannya lincah, visinya bagus dan piawai dalam memberikan assist. Tidak heran Chanatip juga menjadi pilihan utama di klubnya Hokkaido Consodale Sapporo di Liga Jepang atau J-League.
Kapasitas pemain berusia 25 tahun yang kerap dijuluki 'Messi dari Thailand' untuk mengobrak-abrik pertahanan Indonesia sangat diharapkan oleh pelatih timnas Thailand Akira Nishino.
Apalagi Thailand sedang seret 'striker'. Hanya ada seorang penyerang murni di skuat mereka yakni Supachai Jaided yang baru berusia 20 tahun.
Dalam pertandingan menghadapi Vietnam di laga perdananya di Grup G yang berakhir 0-0, Nishino bahkan harus memajukan Supachok Sarachat, yang berposisi asli gelandang serang, menjadi penyerang.
Kondisi kekurangan striker dapat membuat Thailand menumpuk empat sampai lima pemain di lini tengah.
Hal ini tentu harus diwaspadai oleh tim nasional Indonesia yang dilatih Simon McMenemy.
Saat dikalahkan Malaysia dengan skor 2-3 di SUGBK, Kamis (5/9), sektor tengah Indonesia menjadi yang paling banyak mendapatkan sorotan terutama di babak kedua setelah Zulfiandi digantikan oleh Rizky Pellu.
Padahal, Zulfiandi tampil solid di sisi Evan Dimas dalam formasi 4-2-3-1. Pemain asal Aceh itu menjadi penyeimbang yang baik dan berhasil membawa Indonesia unggul 2-1 atas Malaysia di paruh pertama laga.
Zulfiandi pantas mendapatkan kesempatan di 'starting eleven' kontra Thailand. Kiprah pesepak bola berusia 24 tahun itu sebagai pemutus serangan dapat membuat pemain kreatif seperti Evan Dimas leluasa mengalirkan bola.
Harapan lebih diarahkan pula ke gelandang serang Indonesia Stefano Lilipaly yang seperti 'melempem' saat bersua Malaysia. Tidak banyak kontribusi penting yang bisa diberikannya dalam laga tersebut.
Baca juga: Kawin yakin Thailand mampu redam penyerang Indonesia
Baca juga: Simon McMenemy sebut suporter Indonesia terbaik sekaligus terburuk di dunia
Akan tetapi, publik tahu bahwa itu bukanlah kemampuan sebenarnya dari Stefano Lilipaly. Laga melawan Thailand mungkin bisa menjadi pembuktian sang pemain berdarah Belanda.
Apalagi, posisinya serupa dengan Chanatip Songkrasin. Lilipaly tentu tidak mau performanya tenggelam di dalam bayang-bayang Chanatip saat kedua tim bertemu.
Stefano Lilipaly akan menjadi sentral di serangan Indonesia. Dia penghubung lini bertahan ke penyerangan, membuka ruang untuk penyerang tengah yang kemungkinan besar kembali diisi Alberto 'Beto' Goncalves dan memberikan bola-bola ke sektor sayap di mana pemain cepat seperti Saddil Ramdani dan Andik Vermansah berada.
Kelebihan-kekurangan
Sebagai tuan rumah, tim nasional Indonesia memiliki keuntungan saat melawan Thailand. Ribuan bahkan puluhan ribu suporter diperkirakan akan hadir memberikan dukungan sekaligus memberikan tekanan mental bagi lawan.
Akan tetapi, seperti yang disampaikan Simon McMenemy usai laga melawan Malaysia, skuatnya bermasalah dalam soal stamina terutama pada 30 menit akhir babak kedua.
Padatnya jadwal Liga 1 Indonesia menjadi alasan utama. Simon pun memberikan menu khusus dalam latihan agar skuat 'Garuda' dalam kondisi segar dan bugar saat menghadapi Thailand.
Sementara, dari sisi Thailand, selain kekurangan penyerang, mereka juga tidak bisa menurunkan Thitipan Puangchan dan Peeradon Chamratsamee yang cedera saat berjumpa Vietnam.
Ini tentu kerugian bagi tim Gajah Perang karena Thitipan Puangchan yang bermain di Liga Jeang bersama klub Oita Trinita merupakan salah satu andalan di lini tengah.
Meski demikian, Thailand memiliki satu senjata rahasia yaitu pelatihnya sendiri Akira Nishino.
Pelatih kelahiran Saitama, Jepang, berusia 64 tahun ini merupakan sosok berpengalaman. Dia adalah pelatih kepala timnas Jepang di Piala Dunia 2018.
Saat itu Jepang berhasil lolos Grup H sebelum terhenti di babak 16 besar usai ditaklukkan Belgia.
Dikontrak Thailand sejak Juli 2019, Nishino diharapkan membawa sepak bola Negeri Gajah Putih ke masa depan yang lebih cerah. Selain menangani timnas senior, Nishino juga melatih timnas U-23 Thailand.
Kekayaan taktik yang dimiliki Nishino juga diketahui oleh juru taktik Indonesia Simon McMenemy. Oleh sebab itulah pelatih asal Skotlandia tersebut melakukan pendekatan khusus untuk laga versus Thailand.
"Thailand memberikan tantangan yang menarik," tutur dia.
Thailand sendiri sudah siap dengan semua kemungkinan. Meski tidak membocorkan soal taktik, penjaga gawang Thailand Kawin Thamsatchanan menyebut bahwa mereka memiliki taktik dan strategi untuk mengalahkan Indonesia.
Nishino, disebut Kawin sudah menyiapkan timnya sedemikian rupa agar disiplin mengawal pertahanan dan tajam di depan gawang.
Pelatih yang memulai karier sebagai juru taktik sejak tahun 1991 tersebut tidak ingin timnya kembali pulang tanpa gol seperti saat laga lawan Vietnam. Dia juga tak mau skuatnya 'dihajar' oleh lini serang Indonesia.
Sebab di sana ada penyerang naturalisasi Alberto 'Beto' Goncalves yang sudah membuat 14 gol dari 13 pertandingan bersama timnas Indonesia termasuk timnas U-23.
Beto membuat dua gol saat Indonesia kalah 2-3 dari Malaysia dalam laga perdananya di Grup G Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia, Kamis (5/9).
"Banyak pemain bagus di Indonesia, termasuk penyerang mereka sangat berbahaya. Namun kami memiliki taktik dan strategi untuk menghentikan serangan itu," kata Kawin.