Medan (ANTARA) - Mantan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN RB), Asman Abnur, mengatakan tata kelola menjadi titik lemah Indonesia dalam menghadapi era persaingan global dan dinamika Revolusi Industri 4.0.
Menurut Asman, terdapat tiga permasalahan pokok yang harus diperbaiki dalam upaya reformasi birokrasi pemerintahan Indonesia.
"Yakni ketidakselarasan dalam pemerintahan, bisnis proses yang tidak jelas, dan pemerintah yang kurang lincah," kata Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Ikatan Alumni Universitas Andalas (DPP IKA Unand) itu pada acara seminar dan rapat kerja nasional (rakernas) sekaligus silaturahmi nasional (silatnas) Ikatan Alumni Universitas Andalas (IKA Unand) di Medan, Sumatera Utara, Sabtu (6/7).
Keberhasilan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan, katanya, tidak akan bisa diwujudkan tanpa kehadiran pemerintah yang berkualitas.
Oleh karena itu, dalam pembangunan 2015-2019 ditetapkan bahwa reformasi dan tata kelola menjadi syarat keberhasilan pembangunan.
"Pada tahun 2020 sampai dengan 2024, pemerintah juga meletakkan pentingnya reformasi dan tata kelola dalam prioritas pembangunannya. Karena reformasi harus terus menerus dilakukan sesuai dengan kebutuhan perubahan lingkungan strategis," ujarnya
Asman Abnur menambahkan, secara umum profil kemajuan tata kelola tersebut dapat digambarkan dari berbagai indeks seperti persepsi korupsi, Global Competitiveness Index (GCI), Ease of Doing Business (EoDB), dan Government Effectiveness Index.
"Dalam hal ini Indonesia sudah melakukan upaya reformasi dalam lima belas tahun terakhir ini," jelasnya.
Hadir pada kegiatan tersebut Kabid Pengkajian dan Penerapan Teknologi Industri pada Puslitbang Teknologi Industri dan Kekayaan Intelektual Bambang Riznanto, Staf Ahli Gubernur Sumut Bidang ekonomi, Keuangan, Pembangunan, Aset, dan SDA Agus Tripriyono, Rektor III Universitas Andalas Hermansyah, Ketua Dewan Pengurus Daerah Ikatan Alumni Universitas Andalas (DPD IKA Unand) Sumatera Utara dr Yulizar, Komisaris Utama BRI Andrinof Chaniago, Dekan FE dan Bisnis UI Ari Kuncoro, Pakar Ekonomi/Guru Besar Unand Prof. Syafruddin Karimi dan para alumni Universitas Andalas.