Jakarta (ANTARA) - Partai final Wilayah Barat NBA yang mempertemukan Golden State Warriors dan Portland Trail Blazers bakal menjadi catatan bersejarah karena untuk pertama kalinya sepasang kakak beradik bertemu di panggung final wilayah.
Stephen Curry di Warriors dan Seth Curry di Blazers. Bukti bahwa pasangan mantan pebasket Dell dan mantan atlet bola voli Sonya Curry sukses mengasuh anak-anaknya untuk menjadi bintang-bintang NBA.
Final Wilayah Timur juga mempertemukan Toronto Raptors dan Milwaukee Bucks, di mana masing-masing dihuni Marc Gasol dan Pau Gasol. Namun Pau dipastikan tidak akan main karena masih pemulihan pascaoperasi cedera.
Kembali ke final Barat, Seth mungkin belum akan sulit mencapai tingkat kebintangan Stephen, tapi pertemuan keduanya membuat Dell dan Sonya hanya perlu berada di satu gim untuk tetap memberikan dukungan langsung kepada kedua putra mereka.
Tentu saja, kali ini Dell dan Sonya tak akan pakai baju tim yang sama, sebab sebagaimana disampaikan keduanya kepada reporter ESPN Rachel Nichols, mereka akan mengundi dengan koin siapa yang akan memakai jersey Warrrios dan siapa yang mengenakan jersey Blazers di tiap gim nanti.
Namun, ada beberapa hal yang jauh lebih penting dibahas menyongsong pertemuan Warriors kontra Blazers di final Barat nanti.
Ini menjadi kali pertama Blazers kembali tampil di partai final wilayah, setelah terakhir kali mereka mencapainya pada 2000 silam. Kala itu Blazers masih diperkuat Rasheed Wallace dan Scottie Pippen, namun kalah 3-4 lawan Los Angeles Lakers setelah memaksakan gim ketujuh digelar. Lakers sendiri melaju terus menjadi juara NBA di bawah kombinasi duo Shaquille O'Neal dan Kobe Bryant.
Kini, 19 tahun kemudian, Blazers melewati hadangan Denver Nuggets dan menang 4-3 lewat kejayaan di gim ketujuh yang digelar di kandang lawan, Pepsi Center, Colorado.
Namun, Blazers segera menghadapi tantangan besar bernama Warriors, yang tengah berupaya memperkuat dinasti kejayaan mereka yang sudah empat musim terakhir tampil di final NBA dan meraih tiga trofi Larry O'Brien sebagai hasilnya.
Dua gim pertama bakal digelar di Oracle Arena, California, markas Warriors pada Rabu (15/5) dan Jumat (17/5) WIB. Kemudian dua gim berikutnya gantian Blazers jadi tuan rumah di Moda Center, Oregon, pada Minggu (19/5) dan Selasa (21/5) WIB.
Gim kelima, keenam dan ketujuh dijadwalkan pada Kamis (23/5), Sabtu (25/5) dan Senin (27/5) WIB, bergantian di kandang Warriors dan Blazers, jika dibutuhkan demi mencari tim dengan empat kemenangan.
Biar pincang harus laju
Warriors didera masalah cedera ketika menjalani fase playoff, namun itu sedikit lebih beruntung dibandingkan Blazers yang mengalaminya sejak jelang musim reguler berakhir dan sampai sekarang mau tak mau tetap melaju meski dalam keadaan pincang.
Beberapa saat sebelum musim berakhir, tepatnya pada 25 Maret, Blazers harus kehilangan Jusuf Nurkic yang patah kaki. Nurkic tentu merasa begitu ingin membantu Blazers dalam perjuangan mereka untuk meraih gelar juara Wilayah Barat pertama mereka sejak 1992.
Hal itu tak pernah disembunyikan oleh Nurkic, sebagaimana diungkapkan oleh rekannya Damian Lillard dalam sebuah jumpa pers selepas gim keenam semifinal Barat kontra Nuggets.
"Hari ini, di bangku cadangan, ia berbicara kepada saya, 'sungguh saya berharap bisa main dengan kaki yang patah ini. Kalau saya bisa, saya akan melantai dan tak peduli kalaupun semakin cedera'," kata Lillard di Moda Center, Oregon, Kamis (9/5), selepas Blazers menang 119-108 atas Nuggets.
Sementara Blazers sejak pengujung musim reguler sudah kehilangan Nurkic, Warriors menghadapi masalahnya sendiri. DeMarcus Cousins, center mantan All-Star yang menambah kadar kebintangan Warriors namun minim kontribusi itu cuma main di dua pertandingan pertama fase playoff sebelum otot quadricep-nya robek dan hingga kini masih dalam tanda tanya.
Absennya Cousins mungkin tak sekrusial hilangnya Kevin Durant sejak gim kelima semifinal Barat kontra Houston Rockets. Durant menurut tim medis Warriors menderita ketegangan otot betis di kaki kanannya, setelah awalnya sempat dikhawatirkan cederanya berkaitan dengan achilles yang bakal jadi kabar buruk bukan cuma untuk timnya tapi bagi si pemain sendiri.
Pun dengan kadar cedera yang lebih ringan, Durant kemungkinan bakal absen dalam dua gim pertama kontra Blazers. Sebab, jadwal peninjauan ulang kondisi Durant juga baru dilangsungkan pada Kamis (16/5) setempat atau Jumat (17/5) WIB, atau bertepatan dengan jadwal gim kedua digelar.
Semenjak tiba di Warriors, Durant seolah menggeser Splash Brothers (Klay Thompson dan Stephen Curry) dan menjadikan dirinya sebagai poros utama kekuatan tim. Di sepanjang fase playoff musim ini saja misalnya, Durant memiliki rataan 34,2 poin, 5,2 rebound, 4,9 assist dan tingkat akurasi tembakan terbuka 51,2 persen.
Bahkan, Durant mengalahkan Curry dalam departemen akurasi tembakan tripoin, yakni 41,6 persen berbanding 37,1 persen.
Curry dan saudara Splash Brother-nya, Thompson, secara berurutan berada di urutan kedua dan ketiga dalam urusan kontribusi sepanjang playoff.
Namun, absennya Durant seolah menjadi inspirasi bagi Curry yang tak perlu berbagi panggung dengan bintang utama lain di gim keenam semifinal Barat kontra Rockets lalu. Ia memimpin kebangkitan Warriors untuk memenangi pertandingan dengan penampilan gemilang di paruh kedua laga.
Warriors tentu mengharapkan penampilan serupa bisa dipertahankan Curry ketika timnya harus bermain tanpa Durant lagi setidaknya dalam dua gim awal final Barat.
Fase playoff musim ini juga seperti menjadi momen kelahiran kembali Andre Iguodala dalam urusan kontribusinya terhadap Warriors, boleh jadi karena Cousins lebih banyak menepi, namun bahkan jika dibandingkan musim lalu pun statistik penampilan Iguodala masih lebih baik.
Iguodala sejauh ini memiliki rataan 11,8 poin, 4,3 rebound dan 4 assist sepanjang fase playoff musim ini di mana ia tampil kisaran 30 menit dalam 12 pertandingan.
Tentu saja, pertanyaan yang akan selalu muncul bagi pemain gaek adalah, sejauh mana stamina pemain berusia 35 tahun ini bakal bertahan? Rangkaian final Barat bakal menjadi ujian selanjutnya.
Jalan terjal Lillard
Kisah kepindahan Durant ke Warriors, yang kemudian disusul Cousins musim panas lalu, adalah gambaran lain dari kutipan "jika Anda tak bisa mengalahkan mereka, bergabunglah dengan mereka". Sebuah pilihan yang oportunis untuk mengubah label dari yang kalah, menjadi pemenang.
Keputusan itu sudah menghasilkan dua cincin juara NBA bagi Durant, yang diraih dua musim beruntun pada 2017 dan 2018.
Bintang Blazers, Damian Lillard, dalam banyak kesempatan selalu menegaskan penolakannya terhadap cara-cara oportunis tersebut. Sekira dua tahun lalu, beberapa pekan setelah Blazers bertekuk lutut empat gim langsung pada putaran pertama playoff kepada Warriors, Lillard berinteraksi dengan para fansnya di twitter terkait hal tersebut.
Para fans basket meyakini bahwa ia tidak akan pernah bisa meraih cincin juara, Lillard menjawabnya dengan tengan bahwa biarkan waktu yang berbicara.
Hingga pada akhirnya fans lain menyahut dan berkata "kau harus pergi meninggalkan Portland jika ingin memenanginya".
Atas itu, Lillard menjawab "Saya lebih baik tidak memenanginya, jika saya gagal membangun tim yang bisa memenanginya di sini."
Dua tahun berlalu, Chris Paul bergabung dengan James Harden di Houston, Russell Westbrook mengecilkan egonya demi memberi jalan agar Paul George bisa berkontribusi lebih besar di Oklahoma City Thunder dan LeBron James hijrah demi membangun tim super baru di Los Angeles Lakers, yang membuat Anthony Davis kepincut hingga meminta ditukarkan ke sana oleh timnya New Orleans Pelicans.
Tapi, Lillard bergeming. Ia tetap setia pada Blazers. Di hadapan wartawan sebulan lalu ia mengakui ingin mendapatkan cincin juara, tapi jika pun kariernya harus berakhir tanpa satu pun melingkar di jarinya, ia cukup puas atas loyalitas dan kontribusinya membangun Blazers.
Dan musim ini, kesetiaan itu boleh jadi akan memberikan kesempatan yang lebih terbuka mengingat absennya Durant di setidaknya dua gim pertama final Barat.
Di seri semifinal Barat kontra Nuggets, Lillard tak tampil begitu superior. Bahkan dari tujuh gim, saat ia menjadi pemimpin raihan angka Blazers cuma di gim keenam timnya menang, sedangkan di gim pertama dan kelima kalah.
Apakah itu pertanda buruk? Justru tidak. Lillard mungkin "luntur" kemampuannya untuk mengusung Blazers sendirian, tapi itu berarti tim besutan Terry Stotts tersebut sudah punya opsi lain untuk memenangi pertandingan.
Opsi lain itu datang berbentuk CJ McCollum. Di seri semifinal Barat McCollum selalu menjadi motor kemenangan. Lillard seperti Batman yang sudah menemukan Robin yang cakap. Dan itu ia dapati tanpa harus pindah ke tim lain, mengobral jiwanya.
Sepanjang playoff musim ini Lillard memiliki rataan 28,4 poin, 4,8 rebound, 6 assist dan 2 steal dengan akurasi tembakan terbuka 43,1 persen.
Sedangkan McCollum punya rataan 25,6 poin, 5,8 rebound, 3,4 assist dengan akurasi tembakan terbuka 45,5 persen dan tripoin 40,7 persen.
Cukup berimbang bukan? Lillard dan McCollum juga punya bantuan bernama Enes Kanter yang sejak tiba dari New York Knicks tampil perkasa di bawah ring. Kanter bahkan memaksakan diri bermain meski cedera dislokasi bahunya belum sepenuhnya pulih.
Dari jajaran bangku cadangan, Zach Collins dan Rodney Hood bisa memberikan bantuan banyak. Hood sempat cedera lutut di gim ketujuh, namun kondisi terakhirnya cukup menggembirakan dan punya kesempatan tampil lebih besar dibandingkan Durant maupun Cousins di Warriors.
Dan tentu saja, ada Seth Curry. Cuma main dengan kisaran 19,4 menit dalam 12 pertandingan dan memiliki rataan inferior 5,4 poin per gim selama playoff, Curry tetaplah penembak tripoin paling jitu di timnya dengan akurasi 41,7 persen.
Sekali lagi, duel tripoin Curry bersaudara mungkin hanya sampingan, tapi bukan tidak mungkin sesuatu yang dianggap sampingan itu bakal punya peran lebih menentukan dibandingkan hal-hal lain ketika rangkaian final Barat berakhir nantinya.