Langkat (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Langkat melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan Dinas Kesehatan bertekad untuk terus menekan angka stunting melalui intervensi spesifik dan sensitif penyebab langsung dan tidak langsung masalah gizi.
Hal itu disampaikan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Langkat, Sujarno, di Stabat, Senin.
Sujarno menyampaikan intervensi sensitif diarahkan untuk mengatasi akar masalah dan sifatnya jangka panjang. Untuk itu Pemkab mengajak keterlibatan seluruh pemangku kepentingan yang ada di Langkat untuk bersama mencegah dan menurunkan prevalensi stunting.
"Mari jadikan momentum mencanangkan intervensi penurunan stunting terintegrasi dan memperluas lokasi intervensi secara bertahap. Melalui penguatan komitmen dan kordinasi antar lintas sektor, melalui dana APBN, APBD, DD, CSR dan sumber lainnya," katanya.
Sehingga diharapkan akan mampu membawa sumberdaya manusia yang sehat, cerdas dan proaktif.
Kepala Dinas Kesehatan Sadikun Winato menerangkan saat ini Indonesia masih dihadapkan masalah stunting yakni 37 persen atau hampir 9 juta anak balita mengalami stunting. Untuk seluruh dunia, Indonesia adalah negara dengan prevalensi stunting kelima terbesar.
Sedangkan Kabupaten Langkat sendiri, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes RI tahun 2013, prevalensi stunting mencapai 55,48 persen.
Namun pada tahun 2018 setelah dilakukan revaluasi dan verifikasi oleh Dinkes Langkat di Lokus stunting terhadap delapan kecamatan dan 10 desa, menunjukkan penurunan prevalensi stunting sebesar 23,20 persen, katanya.
Meskipun ada penurun tersebut, upaya untuk menurunkan angka stunting di Langkat harus terus dilakukan, mengingat Langkat salah satu daerah dari 100 kabupaten dan kota, yang turut intervensi percepatan penurunan stunting.
Adapun yang dilakukan Pemkab Langkat, untuk menekan angka stunting antara lain pendataan stunting melalui survey gizi di lokus 10 desa, monitoring dan pendataan ulang stunting melalui survey gizi, data anak stunting yang lengkap.
Selain itu peningkatan kapasitas petugas terkait penanggulangan stunting dan pemantauan tumbuh kembang abak, melalui pola pengasuhan anak seperti pemberian makan bayi, PMT BUMIL bayi dan balita suplementasi vitamin, intervensi gizi sensitif berupa peningkatan akses air bersih dan lingkungan yang sehat bekerjasama dengan OPD lainnya.