Medan (ANTARA) - Penjualan avtur PT Pertamina (Persero) di Sumatera bagian utara (Sumbagut) pada triwulan I 2019 turun 21,4 persen dibandingkan periode sama 2018.
"Penurunan permintaaan terjadi di semua bandara seperti di Bandara Kualanamu yang pada periode sama turun sebesar 21,1 persen," ujar Unit Manager Communication & CSR Pertamina MOR I Sumbagut, Roby Hervindo di Medan, Kamis.
Dia tidak merinci volume penjualan di triwulan I 2019 maupun 2018, namun dipastikan memang terjadi penurunan
Penurunan konsumsi avtur diduga karena berkurangnya jumlah pesawat yang terbang dampak berkurangnya penumpang pascamahalnya harga tiket penerbangan.
"Saya tidak tahu pasti penyebab turunnya konsumsi avtur, tetapi memang ada dugaan akibat turunnya frekuensi penerbangan," ujarnya.
Padahal, kata dia, sejak November 2018 hingga Maret, Pertamina sudah menurunkan harga avtur hingga sebanyak enam kali.
"Tetapi meski harga avtur sudah diturunkan hingga sekitar 16 persen, tetap saja terjadi penurunan permintaan avtur dan tiket pesawat juga dikeluhkan konsumen masih mahal," ujar Roby.
Kondisi masih mahalnya harga tiket penerbangan meski harga avtur turun menunjukkan avtur bukan komponen utama penyebab mahalnya harga tiket "airlines".
Dia menjelaskan, harga jual avtur sesuai kontrak kepada masing - masing perusahaan pembeli avtur.
General Manager PT Angkasa Pura II, Bandara Kualanamu, Bayuh Iswantoro di Medan, sebelumnya mengakui, terjadi penurunan jumlah penumpang domestik di Januari dan Februari 2019.
Menurut dia, jumlah penumpang domestik tinggal rata - rata sekitar 16.000 - 17.000 orang per hari atau turun sekitar 20 persen dari biasanya.
Bayuh Iswantoro menyebutkan, penurunan penumpang domestik dampak kenaikan harga tiket penerbangan.
Walaupun di Maret terjadi peningkatan sedikit atau menjadi 21 ribuan hingga 22ribuan. ujar Bayuh, tetapi tetap saja lebih rendah dari saat sebelum kenaikan harga tiket pesawat.