Jakarta (Antaranews Sumut) - Pengamat komunikasi politik Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus Sihombing memuji Presiden Joko Widodo sebagai negarawan dan memiliki visi untuk milenial dengan memaafkan CEO Bukalapak, Achmad Zaky.
Dengan sikapnya itu, kata Emrus, dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Sabtu, Jokowi mempunyai visi untuk milenial, termasuk meyakini kaum milenial harus dipersiapkan masa depannya sejak saat ini.
Dalam konteks pertemuan dengan Zaky, Emrus berpendapat, Jokowi secara tidak langsung menyampaikan pesan bahwa anak muda bisa saja melakukan kesalahan, namun seorang senior harus bisa membantu untuk mengarahkan ke hal positif.
"Presiden Joko Widodo bervisi masa depan, bukan politik praktis. Harus kita budayakan hal-hal seperti ini. Tidak lalu memperbicangkan sesuatu yang justru memperuncing persoalan," ucap Emrus.
Seperti diketahui, CEO Bukalapak Achmad Zaky, dua hari belakangan menjadi pusat pembicaraan di dunia maya. Tagar UninstallBukaLapak ramai diperbincangkan di linimasa Twitter setelah Zaky mem-posting cuitan yang menyinggung soal "presiden baru".
Zaky mengkritik anggaran untuk riset dan pengembangan atau "research and development" (R&D) yang dinilainya masih kecil.
Emrus menjelasan, pertemuan Zaky dengan Presiden Jokowi hari ini merupakan sesuatu yang positif untuk meredakan kegaduhan akibat cuitan Zaky.
"Karena memang mereka ini relasinya sangat baik selama ini. Dan Pak Jokowi termasuk yang mendukung penuh usaha-usaha kaum milenial, termasuk Bukalapak. Presiden sangat perhatian terhadap kemajuan kaum milenial dan beliau sangat mengapresiasi usaha-usaha kaum muda," tuturnya.
Pertemuan yang dilakukan itu menunjukkan bahwa Presiden Jokowi adalah seorang negarawan. Tidak terkecoh oleh kritikan yang ada di ruang publik terhadap Zaky.
"Tetapi justru memberikan kesempatan dan menerima permohonan maaf sekaligus dialog. Inilah bukti bahwa Jokowi negarawan, tidak hanyut di dalam arus kritikan. Jokowi membuat solusi-solusi dalam bentuk dialog, suatu yang bagus," ujar Emrus.
Terlepas dari itu, Emrus melihat pandangan Zaky tentang masalah ini. Di mana Zaky menilainya sebagai sesuatu yang tidak untuk diperbincangkan dengan tidak produktif (tidak perlu dibesar-besarkan).
"Artinya apa, bahwa Zaky memberikan pandangan yang sifatnya netral yaitu siapa pun yang berkuasa, termasuk Jokowi di periode kedua. Nah saya kira masukan itu masih konstruktif, tetapi dengan kritikan-kritikan dari masyarakat saya kira mendorong atau menyebabkan adanya pertemuan antara Zaky dan Jokowi. Ini merupakan sesuatu yang perlu kita apresiasi," tuturnya.
Ketika ada permasalahan yang sifatnya "miss understanding" atau "miss communication", selesai juga dengan saling bertukar pesan melalui proses komunikasi. Karena ini hanya persoalan komunikasi yaitu pada level "miss understanding" atau "miss communication" yang tentu diselesaikan dengan komunikasi.
"Artinya pertemuan suatu hal yang baik dan saya pikir Jokowi termasuk tokoh yang memperhatikan bagaimana kaum milenial ini bisa berperan aktif di dalam mengisi pembangunan kita," demikian Emrus.