Lampung Selatan (Antaranews Sumut) - Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian kompak mengklarifikasi soal foto keduanya yang bergaya dengan dua jari saat ini kerap dianalogikan dengan simbol calon presiden tertentu.
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto bersama Kapolri Jenderal Tito Karnavian berbicara kepada wartawan, saat mendampingi Presiden Joko Widodo kunjungan kerja ke Kabupaten Lampung Selatan, Rabu, terkait foto keduanya yang disebut diambil jauh sebelum pengambilan nomor urut capres itu.
"Beberapa hari ini, saya dengan Pak Kapolri sering mendapatkan kiriman foto terkait dengan kode tertentu yang digunakan leting angkatan Akabri, mulai leting 87 angkatan Pak Tito, ada juga leting 92, ada juga leting saya Lemhanas angkatan 20," kata Panglima TNI Hadi Tjahjanto pula.
Ia mengatakan, kode dua jari tersebut menandakan soliditas antar-mereka.
"Dan kode itu menandakan untuk soliditas, sinergi angkatan untuk mempersatukan dan digunakan sejak pangkat letnan dua, dan Pak Tito lulus 87, 87 sudah menggunakan kode itu," katanya lagi.
Hadi mengatakan dalam beberapa waktu terakhir, foto mereka dengan dua jari tersebut beredar luas.
Ia tidak ingin hal itu menimbulkan opini bahwa TNI-Polri tidak netral dalam kancah perpolitikan nasional.
"Dan akhir-akhir ini muncul kode-kode itu kembali yang nantinya akan menganggap bahwa TNI-Polri tidak netral," katanya.
Dia menegaskan bahwa TNI-Polri tetap memegang teguh netralitas seraya menunjukkan foto TNI dengan gaya dua jari telunjuk dan ibu jari seperti pistol.
"Saya sampaikan bahwa TNI-Polri tetap menjaga netralitas dan simbol-simbol yang digunakan leting 87, angkatan 92 dan Lemhanas angkatan 20, itu adalah simbol untuk kebersamaan, tidak ada maksud lain dan diambil sebelum paslon mengambil nomor urut," katanya lagi.
Instruksikan Jajaran Kapolri Jenderal Tito Karnavian menegaskan bahwa foto-foto yang viral dengan kode dua jari membentuk pistol itu, diambil jauh sebelum penetapan pasangan calon presiden.
"Ya saya juga sudah mengklarifikasi kepada teman-teman 87 itu, foto-foto yang diunggah itu, yang kebetulan kodenya jarinya itu mirip dengan salah satu pasangan calon, itu fotonya diambil jauh sebelum penetapan pasangan calon tadi," katanya.
Ia menjelaskan angkatan 87, angkatannya saat pendidikan di kepolisian memiliki kode jari sudah lama sebelumnya atau lebih dari 20 tahun.
"Kode jari itu sudah lama sekali, sudah lebih dari 20 tahun, kalau kita bertemu, kemudian dengan satu Polri kemudian teman-teman TNI, kita sodorkan kode jari itu berarti adalah satu angkatan kita. Itu kode saja," katanya pula.
Baik Panglima TNI maupun Kapolri kemudian sepakat untuk menginstruksikan jajarannya agar sementara waktu tidak menggunakan kode jari tersebut khawatir disalahtafsirkan.
"Kami dengan Pak Panglima sudah sepakat karena nanti akan disalahtafsirkan, kita sudah mengimbau kepada teman-teman angkatan 87, kemudian Lemhanas angkatan 20, angkatan 92, selama kontestasi ini jangan menggunakan simbol itu dulu, nanti saja kalau sudah selesai kontestasi," katanya.
Ia mengatakan telah mengimbau kepada jajarannya. "Kita sudah imbau kepada teman-teman, kita sudah kompak," katanya pula.
Panglima TNI Hadi Tjahjanto bahkan memastikan tidak akan ada jajarannya yang bandel.
"Oh enggak mungkin, karena sudah ada perintah melalui radiogram," kata Hadi pula.