Medan, (Antaranews Sumut) - Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak Sumatera Utara memberikan pelatihan bagi eks pengungsi erupsi Gunung Sinabung yang direlokasi di kawasan Siosar dalam penetasan telur puyuh.
Manager Program Pelatihan Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) Sumut Ismail Marzuki di Medan, Jumat, mengatakan, bekerja sama dengan Yayasan Dompet Dhuafa, pihaknya melatih perempuan eks pengungsi dalam penetasan telur puyuh.
Pelatihan tersebut merupakan bagian dari program penguatan ekonomi perempuan melalui model alternatif livelihood peternakan puyuh.
PKPA menggelar pelatihan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perempuan eks pengungsi yang tergabung dalam Kelompok Meriah Ukur untuk secara swadaya dan berkelanjutan dapat menghasilkan "day old quail" (DOQ).
Dalam pelatihan tersebut, pihaknya mengembangkan bibit puyuh jenis "Cortuix Japonica" atau puyuh Jepang untuk diternakkan masyarakat yang berasal dari Desa Suka Meriah tersebut.
"Kita targetkan, nantinya seluruh anggota kelompok Meriah Ukur, tidak lagi membeli bibit puyuh, tapi mereka dapat menetaskan sendiri, bahkan nantinya kita harapkan mereka menjual bibit puyuh di pasaran," katanya.
Ia menambahkan, setelah memberikan pelatihan tersebut, PKPA dengan dukungan dari Yayasan Dompet Dhuafa telah menghibahkan mesin tetas telur puyuh dengan kapasitas tetas 200 butir sebanyak lima unit kepada Kelompok Meriah Ukur.
Rudi Candra, pelatih yang merupakan pengusaha puyuh di Kabupaten Deli Serdang mengatakan, mesin tetas telur puyuh tersebut sesuai untuk pemula.
Jika PKPA menghibahkan mesin dengan kapasitas lebih besar, maka ada faktor risiko kegagalan nantinya sehingga dapat menghambat kemajuan usaha tersebut.
"Mesinnya memang berkapasitas kecil, tapi cocok untuk pengusaha pemula, apalagi mesinnya secara otomatis berputar sendiri sehingga telur secara merata dapat dipanasi sehingga mereka tidak terlalu repot mengurus penetasannya, ujar Rudi Candra.