Jakarta, 16/3 (Antara) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Rabu sore bergerak melemah sebesar 107 poin menjadi Rp13.262 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.155 per dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Rabu, mengatakan bahwa mata uang dolar AS menguat terhadap mayoritas mata uang utama dunia, termasuk rupiah seiring dengan pelaku pasar uang yang menantikan petunjuk terbaru mengenai hasil kebijakan dari pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada pekan ini.
"Pelaku pasar sedang fokus terhadap petunjuk mengenai waktu kenaikan suku bunga selanjutnya," katanya.
Menurut dia, sinyal kenaikan suku bunga dalam waktu dekat akan kembali menjadi katalis positif bagi dolar AS untuk melanjutkan penguatannya terhadap mayoritas mata uang dunia. Namun, sebaliknya pernyataan yang pesimis terhadap kenaikan suku bunga AS akan membuat dolar AS dapat kembali tertekan.
Meski sentimennya masih bervariasi, ia mengatakan bahwa mata uang rupiah masih berpeluang menguat menyusul adanya potensi bank sentral Jepang (BoJ) yang berencana untuk menambah pembelian aset berisiko.
"Pembelian aset berisiko berpotensi meningkatkan mata uang di negara berkembang seperti rupiah, Indonesia masih menjadi salah satu negara tujuan berinvestasi," katanya.
Sementara itu, Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan bahwa nilai tukar rupiah mengikuti pelemahan kurs global terhadap dolar AS di tengah harga minyak mentah yang berada di bawah level psikologis pasar.
Ia menambahkan bahwa data neraca perdagangan Indonesia periode Februari 2016 yang surplus sebesar 1,14 miliar dolar AS juga belum direspon positif oleh pelaku pasar uang di dalam negeri.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Rabu (16/3) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.169 dibandingkan hari sebelumnya (15/3) Rp13.087.