Simalungun, Sumut, 26/1 (Antara) - Menkopolhukam, Luhut Binsar Panjaitan meminta pemuka agama memaksimalkan peran untuk pembinaan umat masing-masing guna menangkal perkembangan teroris.
"Teroris menjadi tantangan global, bukan hanya di Indonesia," kata Luhut pada arahan penutupan Sidang Majelis Pekerja Lengkap Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (MPL PGI) di Wisma Methodist, Parapat, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, Selasa.
Teroris yang merupakan gerakan ISIS, bahkan telah memasuki negara Amerika Serikat, dan Australia, dan pada awal tahun 2016 melakukan serangan sebanyak tujuh kali di berbagai negara.
"Pemerintah tidak mahu instabilitas di Irak di impor ke Indonesia," kata Luhut.
Intelijen mengalami kesulitan untuk mengetahui secara pasti kapan, di mana dan bagaimana mereka (teroris) bertindak, karena merupakan kelompok sedikit atau individual dengan mempergunakan teknologi canggih.
Selain itu, untuk memperluas perekrutan pengikut, ISIS menawarkan isu keagamaan, alternatif jalan hidup baru dan perang dianggap bagian darti akhir jaman.
"Ini tidak seluruhnya benar, tetapi banyak yang terpengaruh," kata Luhut.
Untuk itu, pemerintah melakukan langkah antisipasi gerakan teroris dengan mengkhususkan pendekatan agama dan budaya.
Pendekatan secara penindakan tegas kata Luhut, tetap dilakukan jika diperlukan, seperti peristiwa Sarinah di Jakarta.
Pemerintah juga melakukan upaya revisi UU teroris yang dilakukan orang-orang atau tokoh-tokoh yang ahli dibidangnya.
Masyarakat khususnya pemuka agama dan budayawan diminta aktif memberikan pencerahan dengan turun langsung ke lapangan, bukan hanya di khotbah.
"PGI harus berperan lebih banyak melakukan pembicaraan dengan pemuka agama lain untuk melindungi toleransi beragama," pesan Luhut.