Medan, 31/8 (Antara) - Nilai ekspor bubur kayu/pulp Sumatera Utara ke Republik Rakyat Tiongkok pada semester I 2015 naik 47,37 persen dibandingkan periode sama tahun lalu atau 45,835 juta dolar AS.
"Nilai ekspor yang naik dilaporkan lebih dipicu dari kenaikan harga, meski naiknya tidak signifikan," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut Wien Kusdiatmono di Medan, Senin.
Kenaikan nilai ekspor pulp itu menggembirakan karena selama ini tren menurun dan terjadi di tengah menurunnya ekspor berbagai komoditas.
Semakin menggembirakan, karena secara total nilai ekspor Sumut ke RRT juga sedang anjlok atau di semester I turun 36,95 persen atau tinggal 380,113 juta dolar AS.
"Pulp adalah salah satu kelompok barang unggulan Sumut. Jadi, kenaikan ekspor ke RRT sebagai pasar utama itu menggembirakan," katanya.
Dirut PT Toba Pulp Lestari Tbk (produsen pulp) Mulia Nauli sebelumnya mengakui adanya tren peningkatan permintaan dan harga meski dalam persentase kenaikan yang tidak besar.
Kondisi itu, kata dia, dimanfaatkan untuk terus meningkatkan kualitas/mutu produksi.
"Selain untuk tetap bisa bertahan di tengah pasar yang masih belum pulih, peningkatan mutu dimaksudkan agar harga jual bisa lebih mahal," katanya.
Pada 2015, produksi Toba Pulp ditargetkan bisa mencapai 190.000 hingga 200.000 ton dari kapasitas mesin 240.000 ton per tahun.
Dia mengakui pasar terbesar pulp Toba Pulp antara lain memang masih RRT.
Mulia Nauli menjelaskan, bahan baku pabrik berupa kayu bersumber dari hutan tanaman industri (HTI) dengan jenis tanaman pokok ekaliptus yang cepat tumbuh dan kaya serat serta kuat.
Hasil penanaman HTI sudah mencapai 47.000 hektare.
HTI dikelola berdasarkan prinsip lestari dan berkesinambungan (sustainable).