Berprofesi sebagai pendidik merupakan keinginannya sejak berusia belia. Ternyata cita-cita itu saat ini telah dicapai dengan mengabdikan diri sebagai dosen pada Fakultas Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien (UTND) Yayasan APIPSU Medan.
Dia adalah Dra Cut Fatimah MSi Apt yang sejak tahun 1987 hingga saat ini masih tetap mengabdikan ilmunya sebagai pendidik di UTND.
“Saya ingin terus mengabdikan diri di UTND, karena universitas tersebut sangat banyak membantu serta memberikan masukan yang sangat bermanfaat bagi saya,” ujar Dra Cut Fatimah MSi Apt di Kampus II UTND, Jl Gatot Subroto/Jl Rasmi No. 28 Medan, Kamis (2/7).
Menurut putri dari TA Rachman Achmad ini, berbagai upaya telah dilakukannya dalam mendidik mahasiswa untuk hard skill, dan yang tidak kalah pentingnya adalah pendidikan soft skill yang berguna untuk membentuk kepribadian mahsiswa yang merupakan calon kaum intelektual muda.
“Saya membimbing mahasiswa senantiasa tetap dengan bahasa yang lemah lembut namun tegas, menegakkan kedisiplinan dan selalu berusaha untuktersenyum, karena dengan tersenyum tercipta suasana yang damai dan proses belajar mengajar berjalan lebih baik dan lancer,” tambahnya.
Menurut wanita kelahiran Kuala Simpang, Aceh tanggal 6 Juni 1957 itu, dirinya juga aktif melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi yaitu pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Berbagai penelitian dan pengabdian bagi masyarakat memang telah dilakukan oleh tamatan Magister S2 Farmasi USU tersebut, baik menggunakan dana pribadi, bantuan dari UTND maupun dana dari Dirjen Dikti melalui bantuan DP2M-Dikti berupa dana penelitian dosen muda, hibah bersaing dan Iptek bagi masyarakat sejak tahun 2007 sampai 2015.
Fokus penelitian yang dilakukan oleh istri dari Dr Sar Joni Herri MPd ini merupakan pemanfaatan bahan alam (herbal) sebagai obat alternatif dalam berbagai pengobatan, salah satunya sebagai antituberculosis.
Sebagaimana telah diketahui, penyakit tuberculosis sampai saat ini masih sangat banyak diderita oleh penduduk di Indonesia, dan merupakan penyakit urutan ketiga besar dalam merenggut kematian masyarakat.
Menurutnya, obat sintetis yang digunakan telah banyak yang resisten terhadap bakteri penyebab penyakit tuberculosis, sementara banyak tumbuhan di Indonesia yang selama ini telah terbukti secara tradisional untuk mengobati batuk berdahak dan berdarah yang merupakan salah satu gejala tuberculosis.
Menurut ibu dari dr Herry Cahya Fathani ini, beberapa tumbuhan yang telah dilakukan penelitian sebagai antituberculosis yaitu daun sirih, daun picisan, daun andong dan kulit batang mimba.
Penelitian kulit batang mimba sebagai antituberculosis dilakukan atas bantuan biaya dari DP2M Dikti melalui program Dosen Muda, dilanjutkan dengan dana hibah bersaing selama tiga tahun berturut-turut,yaitu melakukan uji in vitro, in vivo, karakteristik kandungan kimia dan uji toksisitas.
Pengabdian bagi masyarakat ini dilakukan Dra Cut Fatimah MSi Apt bersama-sama dengan staf pengajar dan mahasiswa di lingkungan UTND, yaitu penyuluhan bagi masyarakat tentang makanan sehat, tumbuhan obat, pengobatan massal, pelatihan pembuatan lilin aroma terapi dan pelatihan pembuatan jamu instan.
Pelatihan ini kedua-duanya dilaksanakan dengan bantuan dana dari DP2M Dikti melalui program Iptek bagi masyarakat tahun anggaran 2014 dan 2015.
Selain aktif dalam menjalankan Tri Darma Perguruan Tinggi, ibu yang selalu tersenyum ini juga aktif dalam aktifitas ekstrakurikuler mahasiswa.
Saat ini beliau juga sedang mengikuti pendidikan program doctor Farmasi Universitas Sumatera Utara (USU), dengan topic disertasinya Pemanfatan Bunga Tembelekan Dalam Bentuk Ekstrak dan Nanoherbal Sebgai Antituberkulosis.
Cut Fatimah Ingin Terus Mengabdi di UTND
Rabu, 1 Juli 2015 18:04 WIB 13607