Medan, 4/2 (Antara) - Otoritas Jasa Keuangan atau OJK terus berupaya meningkatkan pemahamaman literasi keuangan di tengah masyarakat menyusul sudah masuknya era Masyarakat Ekonomi ASEAN dan integrasi industri keuangan di tahun 2020.
"Meski kecenderungan naik, persentase pemahamaman literasi keuangan secara nasional masih belum tinggi atau 21,48 persen, padahal sudah masuk MEA dan 2020 keuangan sudah terintegrasi, untuk itu OJK tetap fokus pada upaya peningkatan pemahaman tersebut," kata Ketua OJK Regional V Sumatera, Achmad Fauzi di Medan, Rabu.
Literasi keuangan adalah kemampuan untuk memahami bagaimana uang bekerja, bagaimana seseorang berhasil mendapatkan uang atau mencetaknya dengan bijak menurut program investasi yang diketahuinya.
Termasuk bagaimana seseorang dapat mengelola uang serta bagaimana seorang berinvestasi mengubahnya menjadi lebih besar.
Achmad Fauzi mengatakan itu pada acara silaturrahim dengan wartawan sebelum dia mulai 5 Februari dipindahkan ke wilayah timur dan posisinya digantikan Ahmad Soekro Tratmono dari Kantor Pusat OJK, Jakarta.
Menurut dia, kalau masyarakat, khususnya pengusaha belum memahami literasi keuangan, maka dikhawatirkan akan sulit bersaing.
"Karena pemahaman literasi keuangan bisa meningkatkan kesejahteraan, maka pemahaman itu harus terus ditingkatkan," katanya.
Pengamat ekonomi Sumut, Wahyu Pratomo menyebutkan, pemahaman literasi keuangan paling utama harus dilakukan kepada masyarakat pedesaan dan termasuk pelaku usaha kecil.
Dia menyebutkan, warga pedesaan, masih banyak yang belum tersentuh bank bahkan cenderung hidup konsumtif karena kurang pandai mengelola keuangannya.
Hal sama juga terjadi pada pengusaha di sektor UKM sehingga sebagian besar pengusahanya hanya bisa bertahan dan jarang menjadi pengusaha besar.
"Program menabung dan lainnya terkait dengan investasi keuangan harus terus disosialisasikan di tengah masyarakat," katanya. ***3***
(T.E016/B/F.C. Kuen/F.C. Kuen) 04-02-2015