Balige, Sumut, 26/1 (Antara) - Universitas Groningen dari Belanda berhasil menjalin kerjasama penelitian dengan Institut Teknologi Del Laguboti Toba Samosir, Sumatera Utara tentang potensi biji karet sebagai penghasil biodiesel untuk pengembangan tanaman pada danau atau perairan tawar di Indonesia.
"Universitas Groningen yang memiliki reputasi cukup baik sebagai salah satu universitas riset terkemuka di Eropa itu menjalin kerjasama dalam bentuk diskusi panel," kata Wakil Rektor III IT.Del, Laguboti, Deni Lumbantoruan di Laguboti, Senin.
Potensi biji karet sebagai penyumbang biodiesel dipaparkan dalam diskusi panel bertema "Mobile Technology for Indonesian Biofuels" oleh sejumlah peneliti dari Belanda di auditorium IT Del Laguboti, pada Jumat (23/1).
Diskusi panel yang digelar di kampus berjarak sekitar 240 kilometer dari Medan, ibukota propinsi Sumatera Utara itu, kata Deni, dihadiri beberapa peneliti dari Universitas Groningen yakni Prof. Dr. Ir. Ton Broekhuis, Mr. Tim Zwaagstra, Dr. Bartjan Pennink dan M. Yusuf Abduh.
Salah satu proyek riset yang dihasilkan para peneliti dari Belanda itu, lanjutnya adalah tentang potensi biji karet sebagai penghasil biodiesel.
"Mereka juga melakukan riset pengembangan tanaman perairan di danau atau perairan tawar lainnya di beberapa tempat di Indonesia seperti di Palangkaraya," ujarnya.
Deni menjelaskan, Universitas Groningen telah menjalin kerjasama penelitian dengan berbagai universitas terkemuka dari sejumlah negara dan telah menghasilkan beberapa lulusan doktor.
Dalam paparannya, Yusuf Abduh menyebutkan, selama ini tanaman karet banyak dimanfaatkan hanya untuk menghasilkan lateks.
Padahal, lanjutnya, berdasarkan penelitian yang sudah mereka lakukan, biji karet memiliki kandungan minyak dan protein tinggi.
Minyak dari biji karet dapat menghasilkan biodiesel. Sementara itu, ampas dari biji karet yang telah diperas untuk menghasilkan minyak ternyata mengandung protein yang tinggi yakni asam amino yang dapat digunakan sebagai suplemen makanan bagi manusia. Asam amino ini sendiri tidak dapat diproduksi oleh tubuh kita.
"Selain sebagai suplemen makanan, asam amino dari ampas biji karet dapat dijadikan bahan obat-obatan dan kosmetik," jelas Yusuf.
Peneliti lain dari Universitas Groningen, Dr. Bartjan Pennink menambahkan implementasi hasil penelitian tentang potensi biji karet tersebut sebagai penghasil biodiesel di kalangan masyarakat.
Dalam mengimplementasikan hasil penelitian ini, menurutnya diperlukan tiga tahapan yakni, meyakinkan masyarakat tentang hasil penelitian, di mana biji karet dapat digunakan sebagai penghasil biodiesel.
Kemudian, bagaimana membuat masyarakat mau mencoba alat-alat yang digunakan untuk menghasilkan minyak dan protein dari biji karet.
"Selanjutnya, bagaimana membuat masyarakat mau me-maintanance peralatan-peralatan yang digunakan agar proses produksi untuk menghasilkan biodiesel dari biji karet dapat terus berjalan," kata Bartjan. ***4***
(KR-HIN)