Porsea, 7/12 (Antara) - Sebanyak 600 orang lebih pemuda Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) melakukan aksi "long march" memakai masker di kota Porsea, Kabupaten Toba Samosir, sebagai aksi kritik mengingatkan pemerintah dan pengusaha terhadap bahaya perubahan iklim di tingkat lokal.
"Aksi long march sejauh empat kilometer menggunakan masker dimulai dari Porsea hingga pinggir pantai Danau Toba," ujar Ketua Pemuda HKBP distrik 4 Toba, Jeffri Simangunsong di Porsea, Sabtu.
Menurutnya, aksi keprihatinan itu mereka lakukan sebagai bentuk protes atas rusaknya alam di Tapanuli dan tercemarnya Danau Toba serta polusi udara di kawasan Porsea yang berdampak tidak stabilnya cuaca pada daerah setempat.
Di sepanjang jalan, mereka mengutip sampah dan diakhiri dengan kegiatan menanam pohon di pinggiran Danau Toba wilayah Kecamatan Porsea.
"Penggunaan masker tidak hanya dalam aksi ini, tapi sepertinya kita harus selalu dipakai setiap hari, karena bau busuk yang dikeluarkan perusahaan yang beroperasi di wilayah Porsea," ujar Jeffri.
Selain itu, kata dia, sejumlah pemuda HKBP secara simultan melakukan aksi pada tempat berbeda, yakni di kota turis Parapat, Kabupaten Simalungun, pada Sabtu (7/12).
Juru bicara pemuda HKBP Parapat, Meilisa Manurung mengatakan, pihaknya juga melakukan aksi teatrikal berupa pembuatan spanduk raksasa di kapal penumpang dari Parapat ke Tuktuk, Kabupaten Samosir, berisi seruan penghentian pengrusakan danau toba.
Selain spanduk raksasa, lanjut dia, mereka juga menggelar aksi peduli lingkungan berupa pelepasan bibit ikan ke danau Toba dan penanaman pohon di pulau Samosir.
Aksi tersebut diramaikan sejumlah lembaga lain yang terlibat, seperti Taman Eden, Radio Samosir Green, Earth Society for Danau Toba, Hubert Apartment, GOA dan KSPPM.
Melisa menyampaikan keprihatinan atas kerusakan keindahan danau Toba yang berdampak pada berkurangnya pengunjung ke daerah tersebut.
Dia juga mengeluhkan tidak adanya upaya yang serius dari pemerintah Indonesia, khususnya Gubernur Sumatera Utara dan Bupati Simalungun dalam membangun kawasan Danau Toba.
Kedua aksi tersebut didukung penuh oleh pemimpin tertinggi gereja HKBP, Ephorus Willem Tumpal Pandapotan Simarmata dan sejumlah jemaat Protestan.
Ephorus Willem menyebutkan, pemuda adalah ujung tombak gereja untuk melindungi alam. Karena itu, inisiatif pemuda yang ingin terlibat perjuangan lingkungan untuk merehabilitasi alam yang telah rusak perlu didukung.
Dikatakannya, umat manusia ini berada dalam satu kapal, dan tidak ada satu orang pun yang mau merusak atau membocori kapalnya sendiri.
"Jika ada satu saja yang membocori kapal ini, semua kita akan tenggelam," katanya. (IN)
Pemuda HKBP Ingatkan Bahaya Perubahan Iklim
Minggu, 8 Desember 2013 1:21 WIB 1627