Surabaya, 25/5 (Antara) - Mendikbud Mohammad Nuh menegaskan bahwa sekolah yang tidak ditunjuk mengikuti pelatihan guru guna persiapan penerapan Kurikulum 2013 bisa mendaftar ke Kemdikbud untuk mengikuti pelatihan itu.
"Bedanya, kalau ditunjuk akan mendapatkan pelatihan dan buku gratis, sedangkan kalau mendaftar akan mendapatkan pelatihan gratis, tetapi bukunya memfotokopi sendiri," katanya dalam seminar dan workshop yang diselenggarakan Yayasan Al Falah, Surabaya, Sabtu.
Di hadapan ratusan guru dalam seminar dan workshop bertajuk "Persiapan Menyongsong Implementasi Kurikulum 2013" itu, Menteri yang juga Ketua Dewan Pembina Yayasan Al Falah Surabaya itu mengatakan bahwa penerapan Kurikulum 2013 itu dilakukan bertahap dalam tiga tahun.
"Jadi, semua sekolah akan menerapkan Kurikulum 2013 dalam tiga tahun ke depan karena pelatihan guru untuk tahap pertama akan dilakukan bagi guru kelas I dan IV SD, guru kelas VII SMP, dan guru kelas X SMA. Tahun berikutnya untuk kelas II dan V SD, kelas VIII SMP, dan kelas XI SMP, lalu tahun ketiga untuk guru kelas III dan VI, kelas IX SMP dan kelas XII SMA," katanya.
Dalam seminar dan workshop yang juga menampilkan Rektor Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Prof. Muchlas Samani, M.Pd. itu, dia mengatakan bahwa penerapan Kurikulum 2013 juga dilaksanakan secara terbatas sehingga ada sekolah yang ditunjuk untuk mengikutinya lebih awal karena keterbatasan anggaran pemerintah.
"Oleh karena itu, angkatan pertama akan ada sekitar 6.000 sekolah yang mengikusertakan gurunya untuk dilatih, tetapi sekolah lain bisa saja mengikutinya dengan cara mendaftar. Syaratnya, ya, itu tadi, fotokopi buku sendiri," katanya.
Menurut dia, kesiapan dalam penerapan Kurikulum 2013 itu ditentukan tiga hal penting, yakni penyiapan guru melalui pelatihan, perubahan "mindset" guru untuk mau berubah, dan pendampingan guru hingga menguasai kurikulum itu.
"Intinya, Kurikulum 2013 itu menanamkan tiga kompetensi, yakni sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Untuk efektivitas penanaman tiga kompetensi itu, Kurikulum 2013 akan mengurangi beban guru dalam membuat silabus dan rancangan pola pembelajaran dengan mengalihkan beban itu pada pemerintah. Oleh karena itu, kita bikin buku untuk guru dan buku untuk siswa," katanya.
Dalam sesi dialog, Mendikbud sempat ditanya tentang nasib guru yang mata pelajarannya dilebur, seperti TIK, Matematika, Fisika, dan Kimia, dia mengatakan bahwa guru TIK akan dapat menjadi guru Matematika atau Fisika, sedangkan guru Fisika dan Kimia dapat menjadi guru IPA.
"Soal ekstrakurikuler juga begitu, kurikulum baru itu mewajibkan pramuka karena pramuka memiliki acuan UU dan pramuka lebih mendunia serta ada di seluruh sekolah di Indonesia.
Namun, ekstrakurikuler lain juga memungkinkan, bahkan TIK juga dapat dijadikan mata pelajaran khusus karena kurikulum baru itu berpola minimal," katanya.
Dalam kesempatan itu, seorang guru dari Kemenag mengeluhkan tunjangan sertifikasi untuk guru Kemenag yang pencairannya tidak secepat guru-guru Kemendikbud, termasuk BOM (biaya operasional madrasah) yang tidak secepat BOS (biaya operasional sekolah).
"Nanti akan saya koordinasikan dengan Menag karena sistemnya memang beda. Kalau Kemendikbud memang langsung dari Kemenkeu ke daerah, dana untuk Kemenag tidak langsung karena dari Kemenkeu ke kementerian dahulu, baru ke daerah," katanya.
Sementara itu, Rektor Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Prof. Muchlas Samani, M.Pd. menyatakan bahwa lembaga pendidikan guru yang dimilikinya siap membantu pendampingan guru.
"Kalau diizinkan Pak Menteri, kami memiliki 2.600 mahasiswa yang siap membantu sebagai pendamping guru dan proses pendampingan guru itu akan kami catat sebagai bentuk praktik perkuliahan," katanya.(E011)