Janggadolok, Sumut 13/5 (Antara) - Dua kelompok tani di desa Janggadolok, Kecamatan Lumbanjulu, Kabupaten Tobasa, Sumut, kini sedang giat mengembangkan kebun bibit desa.
"Penyediaan bibit berkualitas berbagai tanaman produktif yang bermanfaat ganda kini sedang dikembangkan oleh kelompok tani Saurma dan Dostahi di lahan anggota, dan sebagian hasilnya bisa dijual untuk menambah penghasilan," ujar Staf Strengthening Community Based Forest and Water Management (SCBFWM) Kemenhut Republik Indonesia, Rosmelina Sinaga di Lumbanjulu, Senin.
Kelompok tani tersebut, kata dia, masing-masing telah memiliki satu unit rumah bibit permanen dengan kapasitas 12.000 batang bibit serta rumah kompos sederhana.
Usaha pembibitan mandiri itu dilakukan untuk memberikan contoh dan mendorong masyarakat, agar mereka menanam bibit unggul sehingga mendapatkan kualitas produksi yang lebih baik.
Bibit yang dihasilkan juga diharapkan bisa digunakan untuk merehabilitasi dan menanami lahan kritis, lahan kosong dan lahan tidak produktif di wilayah berjarak sekitar 45 kilometer dari Balige, ibukota Kabupaten Tobasa.
Di samping itu, kata Rosmelina, kebun bibit desa dapat dimanfaatkan sebagai wahana memberi pengetahuan dan keterampilan mengenai pembuatan persemaian, penanaman dengan menggunakan benih berkualitas untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.
Pada awalnya, sekitar tahun 2010, anggota kelompok tani di desa tersebut tingkat keterampilannya masih rendah dan belum mempunyai aset yang bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan usaha tani, sebab umumnya mereka hanya mengandalkan lahan sawah yang mereka miliki.
Namun, sejak didampingi para relawan SCBFWM pada 2011, kini mereka sudah banyak yang mengembangkan berbagai komoditas lain yang memberikan manfaat ekonomi secara berkelanjutan, seperti tanaman kopi, coklat, durian dan menikmati hasil madu lebah di lahan kebun milik sendiri.
Bahkan, saat ini, Ibu Kepala desa, Surtiani Sitohang yang pernah memperoleh bibit dari SCBFWM sudah berhasil menikmati hasil panen Coklat serta menggongseng bijinya dengan cara manual yang siap seduh untuk kemudian di jual ke pasar Kecamatan, sebab hasil pengeringan biji coklat dengan cara permentasi, cukup berbeda dengan menjemur di bawah panas matahari.
"Dalam waktu dekat direncanakan, Desa Janggadolok akan menerima bantuan pertanian organik dan perawatan pengembangan hasil hutan bukan kayu dan lebah madu," kata Rosmelina.
Menanggapi pengembangan kebun desa tersebut, anggota DPRD Tobasa dari daerah pemilihan Kecamatan Lumbanjulu menyebutkan, bibit yang diusahai kedua kelompok tani dimaksud telah menunjukkan hasil cukup menggembirakan, terlihat dari pertumbuhannya yang subur dan baik dalam perawatan secara teratur.
"Tanaman keras yang produktif akan memberikan manfaat ganda, sebab selain bernilai ekonomis juga berfungsi untuk mencegah erosi dan menyimpan debit air serta menjaga keseimbangan ekosistem," katanya. ***3*** (T.KR-JRD) Kaswir
(T.KR-JRD/B/Kaswir/Kaswir) 13-05-2013 19:44:46