Janggadolok, Sumut, 21/6 (Antara) - Kelompok tani “Saurma” Janggadolok, Kecamatan Lumbanjulu, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara, menyumbang 300 batang bibit pohon untuk ditanam di objek wisata Taman eden 100 dalam rangka peringatan hari degradasi lahan dan kekeringan dunia.
“Kegiatan menanam pohon tersebut sebagai ajakan bagi seluruh umat di dunia untuk turut serta melestarikan lingkungan,” kata Rosmelina Sinaga, petugas pendamping Kelompok tani Saurma, di Janggadolok, Jumat.
Selain menyerahkan bibit pohon, sejumlah anggota kelompok tani itu melakukan penaburan benih ikan ke sungai yang ada di sekitar taman wisata tersebut serta melepas sejumlah burung berbagai jenis ke alam bebas.
Peringatan hari degradasi lahan di lokasi Taman eden 100 Kecamatan Lumbanjulu itu, terselenggara atas kerja sama forum Daerah Aliran Sungai (DAS) Asahan-Toba, yang muncul akibat kegelisahan anggota kelompok tani tersebut terhadap kerusakan lingkungan.
Menurut Rosmelina, jika kekhawatiran terhadap kerusakan ekosistem itu tidak disuarakan, maka diperkirakan kekeringan di dunia ini akan berkepanjangan, dan generasi mendatang akan menuai bencana.
Petugas pendamping dari Strengthening Community Based Forest and Water Management (SCBFWM) Kemenhut Republik Indonesia itu menyebutkan, gerakan yang dilakukan bukan hanya peringatan seremonial semata, tapi hendaknya bisa menjadi bagian dari kegiatan sehari-hari.
Dia menambahkan, untuk mempertahankan air dan sungai dari seluruh daratan di bumi, menanam pohon sangat perlu dilakukan, walau hanya satu batang.
“Kita harus bisa menjadi motivator buat masyarakat untuk menjaga kesinambungan mahluk hidup di bumi ini,” ujar Rosmelina.
Ketua kelompok tani Saurma Panahatan Sitorus berharap, kiranya semakin banyak orang yang tergerak hatinya untuk ikut menyelamatkan hutan dan daerah aliran sungai seperti mereka lakukan, guna menjaga degradasi lahan di sub DAS Gopgopan.
Asisten II Pemkab Toba Samosir Tito Siahaan menambahkan, penyelenggaraan kegiatan penanaman tersebut dampaknya sangat luar biasa, sebab jika ala mini dibiarkan, maka generasi mendatang akan meratapi generasi yang sekarang.
Pemerintah derah setempat, kata dia, sudah melakukan berbagai gerakan penghijauan, guna mengantisipasi kerusakan lingkungan sekaligus melakukan pengawasan terhadap timbulnya kerusakan ekosistem.
“Dibutuhkan kerja sama dari semua pihak, agar kita bisa mewariskan air kehidupan bagi generasi muda mendatang, bukan malah mewariskan air mata,” katanya.
Acara tersebut, juga dihadiri Kepala Balai Daerah Aliran Sungai Asahan Barumun, Rukma Dayadi, Dekan Fakultas Pertanian USI Rosmadelina Purba serta Konsultan lingkungan dan keadilan iklim region Asia UEM, Saurlin Siagian. (IN)