Kawasan Danau Toba memiliki banyak potensi wisata yang bisa menjadi destinasi bagi wisatawan. Selain danau supervolcano, juga ada wisata air, budaya, panorama hingga jungle trekking.
Salah satunya jungle trekking Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Aek Nauli, Simalungun.
Wakil Gubernur (Wagub) Sumatera Utara (Sumut) Musa Rajekshah yang mengunjungi wisata alam ini, Sabtu (22/8), menilai tempat wisata jungle trekking KHDTK Aek Nauli memiliki potensi kunjungan wisatawan yang sangat besar.
Baca juga: Tingkatkan keamanan wisatawan Danau Toba, Polres Simalungun dirikan pospam
Wagub pun menjajal jalur trekking alam sepanjang kurang lebih 3 km hingga ke puncak panorama Aek Nauli. Jalur alami yang terdiri dari berbagai kontur itu melewati pemandangan yang memanjakan mata.
Mulai dari sungai, air terjun kecil, pepohonan hutan yang lebat hingga puncak panorama.
Puncak panorama berada di ketinggian kurang lebih 1.310 meter di atas permukaan laut (mdpl). Danau Toba sendiri berada di ketinggian kurang lebih 900 mdpl.
"Pemandangannya seperti lukisan dari atas sini. Ayo datang kemari ke Aek Nauli, jadi Danau Toba tidak hanya wisata danau saja,” kata Musa Rajekshah yang datang bersama istri Sri Ayu Mihari Musa Rajekshah.
Baca juga: Menparekraf sambut baik Danau Toba ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark
Kawasan Hutan Aek Nauli adalah salah satu ragam destinasi wisata yang bisa dikunjungi wisatawan. Dengan berbagai ragam tujuan wisata, diharapkan kunjungan wisatawan semakin banyak ke Danau Toba. Apalagi saat ini Danau Toba sudah ditetapkan menjadi kawasan UNESCO Geopark Caldera.
"Kaldera Toba sudah didengungkan menjadi salah satu geopark dunia oleh UNESCO. Ini patut kita syukuri karena tidak mudah menjadi anggota Unesco Geopark,” kata Musa Rajekshah.
KHDTK sendiri diperuntukan sebagai tempat riset, pengembangan dan wisata. Sejak tahun 2017, Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aek Nauli telah menggagas wisata ilmiah.
Wisata tersebut menyajikan atraksi wisata berupa edukasi. Misalnya tentang hasil hutan kayu, konservasi gajah, serta primata dan fauna yang ada di KHDTK Aek Nauli.
Di kawasan ini bahkan memiliki pinus terbesar di dunia (pinus merkusii) dengan diameter 1,5m dan diperkirakan berusia 200 tahun.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020
Salah satunya jungle trekking Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Aek Nauli, Simalungun.
Wakil Gubernur (Wagub) Sumatera Utara (Sumut) Musa Rajekshah yang mengunjungi wisata alam ini, Sabtu (22/8), menilai tempat wisata jungle trekking KHDTK Aek Nauli memiliki potensi kunjungan wisatawan yang sangat besar.
Baca juga: Tingkatkan keamanan wisatawan Danau Toba, Polres Simalungun dirikan pospam
Wagub pun menjajal jalur trekking alam sepanjang kurang lebih 3 km hingga ke puncak panorama Aek Nauli. Jalur alami yang terdiri dari berbagai kontur itu melewati pemandangan yang memanjakan mata.
Mulai dari sungai, air terjun kecil, pepohonan hutan yang lebat hingga puncak panorama.
Puncak panorama berada di ketinggian kurang lebih 1.310 meter di atas permukaan laut (mdpl). Danau Toba sendiri berada di ketinggian kurang lebih 900 mdpl.
"Pemandangannya seperti lukisan dari atas sini. Ayo datang kemari ke Aek Nauli, jadi Danau Toba tidak hanya wisata danau saja,” kata Musa Rajekshah yang datang bersama istri Sri Ayu Mihari Musa Rajekshah.
Baca juga: Menparekraf sambut baik Danau Toba ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark
Kawasan Hutan Aek Nauli adalah salah satu ragam destinasi wisata yang bisa dikunjungi wisatawan. Dengan berbagai ragam tujuan wisata, diharapkan kunjungan wisatawan semakin banyak ke Danau Toba. Apalagi saat ini Danau Toba sudah ditetapkan menjadi kawasan UNESCO Geopark Caldera.
"Kaldera Toba sudah didengungkan menjadi salah satu geopark dunia oleh UNESCO. Ini patut kita syukuri karena tidak mudah menjadi anggota Unesco Geopark,” kata Musa Rajekshah.
KHDTK sendiri diperuntukan sebagai tempat riset, pengembangan dan wisata. Sejak tahun 2017, Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aek Nauli telah menggagas wisata ilmiah.
Wisata tersebut menyajikan atraksi wisata berupa edukasi. Misalnya tentang hasil hutan kayu, konservasi gajah, serta primata dan fauna yang ada di KHDTK Aek Nauli.
Di kawasan ini bahkan memiliki pinus terbesar di dunia (pinus merkusii) dengan diameter 1,5m dan diperkirakan berusia 200 tahun.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020