Komonitas Hatabosi di Kecamatan Marancar, Kabupaten Tapanuli Selatan salah satu dari 20 nominator peduli lingkungan untuk mendapatkan Kalpataru tahun 2020 dari Kementerian LIngkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) RI.

"Hatabosi merupakan kearifan lokal yang sejak lebih 100 tahun masih terjaga hingga sekarang, dan pantas mendapatkan Kalpataru 2020," kata Bupati Tapanuli Selatan Syahrul M.Pasaribu dalam keterangannya diterima, Sabtu (6/6).

Baca juga: Pesantren Darul Mursyid siap songsong "new normal" di tahun ajaran baru

Baca juga: Pemkab Tapsel tuntas salurkan bantuan JPS 28.065 paket

Dia sampaikan usai mengikuti videoconference (vidcon) dengan tim verifikasi (juri) penilaian bagi daerah yang masuk nominasi Kalpataru 2020 dari Kementerian LHK, di ruang kerja Bupati Tapanuli Selatan di Sipirok, Jumat (5/6).  

Tim verifikasi dan validasi terlibat dalam virtual itu diantaranya Dra. Jo Kumala Dewi, M.Sc, Hasnawir, S.Hut, M.Sc, Ph.D, Dadang Kusbiantoro, SE, Drs. Mardi Effendi, Ir. Latifah Hendarto, M.Sc, Dra. Vidya Sari Nalang, M.Sc, drh. Triyaka Lisdiyanta, M.Si, Drs. Untung Widyanto, M.Si, Ahmad Junaedi, SH, Fitri Novitasari, S.Sos, M.Sc, Bona Sapril Sinaga, S.Hut, Arjun, SE, Nurhayati, ST, M.Si, M. Mashuri Alif, SE, Sita Anggreini, SE, Faisal M. Jasin, ST, M.Si, Siti Mardian Pramiati, S.Si, dan Nurdesri Wahyuningtyas, SE.

Turut hadir mendampingi Bupati dalam vidcom yakni staf ahhli bidang Ekbang Syahgiman Siregar, Kpala Bappeda Abadi Siregar, Kadis LH Syahrir Siregar, Kadis Naker Arman Pasaribu, Kabag Humas dan Protokol Isnut Siregar, Camat Marancar Supri Siregar, Kepala Desa Haunatas, Kepala Desa Tanjung Dolok, Tokoh Adat, Mantari Bondar dan Jago Bondar (Penjaga Bondar).

Sekilas, komunitas Hatabosi merupakan kumpulan masyarakat adat yang ada di Desa dan Dusun Haunatas, Tanjung Rompa, Bonan Dolok, dan Siranap, Kecamatan Marancar yang sejak nenek moyang mereka dulu tahun 1901 menyadari "aek do asal mula ni hangoluon" atau "air sebagai sumber kehidupan dan air menjamin kelestarian hutan".

"Diikat dengan perjanjian adat sejak ratusan tahun hingga sekarang, komonitas Hatabosi berhasil menjaga melindungi dan melestarikan sekitar 3 ribu hektare hutan yang ada di kawasan Cagar Alam Sibuali-buali dan beririsan dengan ekosistem Batang Toru yang banyak menyimpan berbagai flora dan fauna langka, menjadi sumber bagi kehidupan masyarakat Hatabosi.

Bahkan filosofi Hatabosi sudah menjadi sumber inspirasi tidak saja di kecamatan itu akan tetapi menjadi role model bagi 14 kecamatan lainnya se Kabupaten Tapanuli Selatan, dan wilayah hinterline seperti Kabupaten Madina, Padang Lawas dan Padang Lawas Utara, Tapanuli Utara, dan Kabupaten Tapanuli Tengah.

"Secara spesifik wilayah Hatabosi berada di kawasan areal penggunaan lahan (APL), hanya saja aturan adat cukup bisa-bisa dikeluarkan dari masyarakat adat apabila ada masyarakat yang nekat menumbang pohon-pohon (hutan) bahkan denda besar apabila ketahuan," ungkap Bupati.

Untuk mengatur kebutuhan akan air masyarakat mulai kebutuhan 300 hektare pertanian sawah (irigasi), air minum, dan kebutuhan lain masyarakat Hatabosi Mantari Bondar mengangkat 9 petugas "Jago Bondar" atau pengatur irigasi yang sudah secara turun temurun.

"Mantari Bondar memerintahkan 9 orang  Jago Bondar (pengatur irigasi) untuk kebutuhan air masyarakat itu diangkat berdasarkan hasil musyawarah desa dan bekerja penuh setiap hari secara berkeadilan sehingga warga yang hidup rukun damai tidak ada yang konplain."

Untuk sistem upah sebanyak 9 orang petugas mengatur irigasi termasuk "mantari bondar" para rumah tangga komunitas Hatabosi menyisihkan sekitar 2 kaleng padi setiap panen. Masyarakat pendatang ke desa itu juga wajib memberikan 12 kg getah karetnya tambah 12 kilo padi, dan berlaku sampai sekarang.    

Lebih jauh Bupati menyatakan betapa pentingnya arti keberadaan hutan sebagai sumber kehidupan. Semangat Hatabosi ini jualah mendorong Bupati dua periode (2010-2015 dan 2016-2021) memimpin Tapanuli Selatan untuk memberikan ketersediaan listrik bagi rakyat yang tidak terjangkau PLN di daerah itu dengan terbangunnya 17 PLTMH, air sebagai sumber pembangkitnya.

"Pemkab sangat mendukung penuh sikap Kementerian LHK yang akan memberikan penghargaan (Kalpataru) kepada komunitas yang peduli lingkungan (Hatabosi) demi menyelamatkan alam semesta dari kepunahan sehingga kelak dapat diwariskan kepada anak cucu kita," katanya.

Terpisah, Ketua Majelis Wali Amanat USU Panusunan Pasaribu yang juga putera Hatabosi (Tanjung Rompa) mengaku bangga terhadap perkembangan komunitas Hatabosi dengan sistem pengaturan irigasi berbasis kearifan lokal yang dirintis oleh kakek-kakek mereka sejak dulu.

"Membanggakan lagi apa yang disampiakan nenak moyang dulu masih terjaga hingga sekarang. Dan saya masih ingat cerita kakek dulu bahwa hutan merupakan sumber mata air dan mata air merupakan sumber kehidupan," kata Panusunan bercerita seraya berharap komunitas Hatabosi dapat meraih Kalpataru 2020.

Pewarta: Kodir Pohan

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020