Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada 2020 bisa hanya di kisaran 1,2 - 1,6 persen karena dampak wabah virus corona (COVID-19).

"Dengan perkembangan terkini, di mana pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan tumbuh negatif atau minus 1,1 persen, perekonomian Sumut berpotensi melambat lebih dalam lagi," ujar Kepala Kantor BI Perwakilan Sumut, Wiwiek Sisto Widayat di Medan, Rabu (15/4).

Penurunan ekonomi Sumut tahun ini dampak wabah COVID-19 bisa sebesar 3,8 persen sehingga tinggal 1,2 - 1,6 persen saja.

Perekonomian yang melemah itu akibat seluruh komponen permintaan diprediksi bias ke bawah, sementara ekspor juga akan melambat. Ditambah sektor pariwisata yang juga anjlok.

Baca juga: Pengamat: Dampak ekonomi akibat COVID-19 hanya jangka pendek

Baca juga: Ekonomi Sumut triwulan I-2020 tumbuh melambat 4,8-5,2 persen

"Perlambatan terdalam akan dirasakan pada triwulan II 2020 dan akan meningkat pada triwulan berikutnya seiring dengan fase pemulihan akibat COVID-19," ujar Wiwiek Sisto Widayat.

Perlambatan dirasakan di sektor eksternal maupun domestik, untuk itu dibutuhkan upaya keras guna menahan penurunan daya beli masyarakat.

Salah satu yang bisa menahan penurunan daya beli masyarakat, ujar Wiwiek adalah melalui program jaring pengaman sosial dengan anggaran pemerintah.

Baca juga: BI Sumut yakin penggunaan QRIS berkembang cepat

Pengamat ekonomi Sumut, Wahyu Ario Pratomo mengatakan, COVID-19 memang menimbulkan krisis ekonomi, namun berlangsung jangka pendek.

Kalau COVID-19 berakhir, kata Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara (USU) itu, krisis ekonomi bisa cepat pulih kembali.

Berbeda dengan krisis ekonomi dan krisis global yang pemulihannya lambat.

Pemulihan ekonomi yang cepat usai wabah COVID -19, katanya, mengacu pada keyakinan bahwa semua sektor akan langsung bergerak setelah virus itu tidak mewabah lagi.

Pewarta: Evalisa Siregar

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020