Pemerintah Jepang menyatakan pada Jumat akan meningkatkan upaya mereka dalam melakukan tes dan karantina terhadap pasien terduga terinfeksi virus corona, khususnya setelah terdapat kasus kematian pertama dan konfirmasi dua kasus infeksi baru akibat virus yang mewabah itu.
Kementerian Kesehatan Jepang menyebut pada Kamis (13/2) bahwa seorang wanita berusia sekitar 80 tahun di Prefektur Kanagawa, bagian barat Tokyo, telah meninggal dunia. Ia baru dikonfirmasi terinfeksi corona setelah kematiannya.
Kematian tersebut menambah jumlah pasien meninggal dunia akibat corona di luar daratan China, pusat wabah bermula, menjadi tiga. Dua lainnya adalah pasien di Hong Kong dan Filipina.
Baca juga: China sebut 1.716 petugas kesehatan terinfeksi virus corona
Hampir 450 kasus terkonfirmasi dari 24 negara dan wilayah di luar China, di antaranya 33 kasus di Jepang dan 218 kasus di kapal pesiar yang dikarantina di pelabuhan Jepang.
Sementara dua kasus baru yang dikonfirmasi di Jepang adalah seorang dokter dan pengemudi taksi.
Media Jepang menyebut bahwa pengemudi taksi tersebut adalah menantu dari wanita lansia yang meninggal kemarin, dalam usia 20 tahunan yang tinggal di Tokyo bagian timur. Dokter yang dimaksud tinggal di Wakayama, Jepang bagian barat.
Baca juga: Singapura konfirmasi delapan kasus baru virus corona
Pejabat pemerintahan di Wakayama kemudian menyebut bahwa dokter yang telah dirawat di rumah sakit itu teruji positif corona, sementara ada tiga orang lainnya yang sedang diobservasi.
Pemerintah pusat akan mengirimkan tim ahli ke Wakayama, sekalipun pemerintah lokal menyebut bahwa menurut mereka penularan infeksi di rumah sakit tidak mungkin terjadi.
"Kami akan terus berkomunikasi dengan pemerintah lokal dan memperluas prosedur pengujian dan perawatan terhadap pasien demi mencegah penyebaran," kata Perdana Menteri Shinzo Abe.
Pernyataan Abe itu keluar sehari setelah satuan tugas menyusun langkah penanganan penyakit tersebut, termasuk dengan memakai anggaran cadangan sebesar 10,3 miliar yen (sekitar Rp1,28 triliun).
Petugas bagian perencanaan juga akan terus berhubungan dengan pihak militer, menurut Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga.
Baik Suga maupun Menteri Kesehatan Katsunobu Kato menyatakan tidak ada bukti bahwa virus corona, COVID-19, telah menyebar secara luas di Jepang, kendati menurut Kato hal itu mungkin akan bisa terjadi dan pemerintah harus bersiap untuk menghadapinya.
Sumber: Reuters
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020
Kementerian Kesehatan Jepang menyebut pada Kamis (13/2) bahwa seorang wanita berusia sekitar 80 tahun di Prefektur Kanagawa, bagian barat Tokyo, telah meninggal dunia. Ia baru dikonfirmasi terinfeksi corona setelah kematiannya.
Kematian tersebut menambah jumlah pasien meninggal dunia akibat corona di luar daratan China, pusat wabah bermula, menjadi tiga. Dua lainnya adalah pasien di Hong Kong dan Filipina.
Baca juga: China sebut 1.716 petugas kesehatan terinfeksi virus corona
Hampir 450 kasus terkonfirmasi dari 24 negara dan wilayah di luar China, di antaranya 33 kasus di Jepang dan 218 kasus di kapal pesiar yang dikarantina di pelabuhan Jepang.
Sementara dua kasus baru yang dikonfirmasi di Jepang adalah seorang dokter dan pengemudi taksi.
Media Jepang menyebut bahwa pengemudi taksi tersebut adalah menantu dari wanita lansia yang meninggal kemarin, dalam usia 20 tahunan yang tinggal di Tokyo bagian timur. Dokter yang dimaksud tinggal di Wakayama, Jepang bagian barat.
Baca juga: Singapura konfirmasi delapan kasus baru virus corona
Pejabat pemerintahan di Wakayama kemudian menyebut bahwa dokter yang telah dirawat di rumah sakit itu teruji positif corona, sementara ada tiga orang lainnya yang sedang diobservasi.
Pemerintah pusat akan mengirimkan tim ahli ke Wakayama, sekalipun pemerintah lokal menyebut bahwa menurut mereka penularan infeksi di rumah sakit tidak mungkin terjadi.
"Kami akan terus berkomunikasi dengan pemerintah lokal dan memperluas prosedur pengujian dan perawatan terhadap pasien demi mencegah penyebaran," kata Perdana Menteri Shinzo Abe.
Pernyataan Abe itu keluar sehari setelah satuan tugas menyusun langkah penanganan penyakit tersebut, termasuk dengan memakai anggaran cadangan sebesar 10,3 miliar yen (sekitar Rp1,28 triliun).
Petugas bagian perencanaan juga akan terus berhubungan dengan pihak militer, menurut Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga.
Baik Suga maupun Menteri Kesehatan Katsunobu Kato menyatakan tidak ada bukti bahwa virus corona, COVID-19, telah menyebar secara luas di Jepang, kendati menurut Kato hal itu mungkin akan bisa terjadi dan pemerintah harus bersiap untuk menghadapinya.
Sumber: Reuters
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020