Empat anak asal Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, didiagnosa mengidap difteri, satu di antaranya meninggal dunia. Keempatnya merupakan satu keluarga yang terdiri atas adik dan kakak.
 
Saat ini ketiga anak tersebut yakni YS (6), RS (3), MS (2), masih dirawat intensif di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Adam Malik Medan.
 
Dokter spesialis anak sekaligus konsultan infeksi tropis RSUP Adam Malik, dr Ayodhia Pitaloka Pasaribu, MKed(Ped), SpA, PhD (CTM), Jumat, mengatakan bahwa kondisi ketiga pasien mulai membaik. 

Baca juga: Empat anak di Sumut suspect difteri, satu orang meninggal
 
"Saat ini semua dalam kondisi bagus, sudah mengalami perbaikan jauh dari pertama kali datang," katanya kepada wartawan di RSUP Adam Malik.
 
Ia menjelaskan, untuk pasien YS sudah diagnosa sebagai probable bakteri karena datang sudah dengan leher yang bengkak, kemudian Pseudomembrannya sudah tertutup. 
 
"Setelah kita berikan terapi dan responsnya sangat bagus, hari ini sudah bersih semua, udah enggak ada lagi membrannya, kemudian klinis yang lain juga sudah enggak ada," ujarnya.
 
Sementara untuk RS dan MS , datang dengan kondisi tidak dengan leher yang bengkak, hanya selaput yang masih sedikit. 

Baca juga: 30 anak di Sumut didiagnosa difteri
 
"Sudah kita berikan terapi, kita diagnosa sebagai suspect difteri, dan direspons dengan sangat baik," jelasnya.
 
Ia menyebutkan, untuk pasien yang MS tidak diagnosa sebagai difteri karena tidak ada klinis ke arah difteri dan tidak ada selaput. 
 
"Namun pasien tetap dilakukan observasi karena pasien berkontak dengan anggota keluarga yang lain," katanya.
 
Sementara untuk pasien yang meninggal yakni HS (5), ia menyebutkan bahwa pasien datang dengan kondisi sudah dengan nafas yang sesak, kemudian sudah mengorok, leher bengkak, dan penurunan kesadaran juga sudah terjadi. 
 
"Pada saat sampai juga tekanan darah sudah rendah, kemudian nadi juga halus. Jadi memang penyakitnya sudah cukup berat, untuk mendapatkan tata laksana pun karena progresif penyakitnya sudah berat, risikonya sangat besar untuk kematian," jelasnya.
 

Pewarta: Nur Aprilliana Br. Sitorus

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019