Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan menargetkan akhir tahun 2019 mewujudkan Batang Toru sebagai kecamatan  Open Defecation Free (ODF) atau terbebas dari Buang Air Besar Sembarangan (BABS).

"Target ini juga sejalan harapan pemerintah pusat masalah sanitasi ini selesai 2019," kata Bupati Tapanuli Selatan Syahrul M.Pasaribu kepada ANTARA melalui Kadis Kesehatan daerah setempat dr Sri Khairunnisa, Minggu, (27/10).

Menurut Khairunnisa ODF punya peran penting dalam strategi pencegahan anak stunting, yang masih menjadi isu strategis dari Kementerian Kesehatan RI untuk diminimalisasi kejadiannya utamanya pada anak-anak.

"Target sanitasi ini kita wujudkan dengan mitra seperti pihak  TNI yang juga mempunyai program sanitasi, program "CSR" Tambang Emas Martabe, Puskesmas, dan paling pentingnya lagi dukungan penuh masyarakatnya," sebutnya.    

Untuk daerah (kecamatan) lainnya, tambahnya,  Pemkab sudah berintegrasi dengan pemerintahan desa serta Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa dengan harapan dana desa bisa direncanakan untuk sanitasi.

"Harapan kita Kecamatan Batang Toru akan menstimulasi 14 Kecamatan lainnya supaya bergerak agar bebas buang air besar seperti Desa Telo di Batang Toru yang sudah mendeklarasikan bebas BAB," katanya.  
 
Gerakan sejuta jamban Karya Bakti TNI atau Koramil 01/Batang Toru Kodim 0212/Tapanuli Selatan yang bermitra dengan Pemkab daerah setempat guna mewujudkan Batang Toru mencapai target sebagai Kecamatan Open Defecation Free (ODF) atau terbebas dari Buang Air Besar Sembarangan (BABS) pada akhir 2019 (ANTARA/HO)


Menurut dia dampak buruk BABS anak-anak akan gampang kena diare. Bahkan kalau seribu hari kelahiran si anak sering mencret bakalan bisa di prediksi pertumbuhan dan asupan gizi si anak juga akan terganggu.

Lebih jauh disebutkannya juga dari 15 jumlah kecamatan di Tapanuli Selatan yang paling banyak masyarakatnya memanfaatkan sungai sebagai "wc" adalah Kecamatan Angkola Selatan, Kecamatan Batang Angkola, Kecamatan Sayur Matinggi, Kecamatan Angkola Barat dan lainnya.

Menurut Khairunisa, mintsed atau pola pikir masyarakat hal yang menjadi kendala yang sering mereka (Dinas Kesehatan) hadapi. Karena, dinilai banyak masyarakat yang mampu membuat jamban sendiri.

"Namun tidak tidak sedikit alasan klise masyarakat yang didapatkan menyatakan berasa 'puas' apabila mandi cuci kakus di aliran sungai. Oleh sebab itu, merobah perilaku inilah menjadi tugas kedepan dengan harapan masyarakat bisa hidup lebih sehat," pungkasnya.

Dia juga mengungkapkan bahwa dalam waktu dekat Perkebunan Batang Toru, Desa Sumuran, Desa Aek Ngadol, dan Desa Aek Pining Kecamatan Batang Toru akan deklarasi stop BABS.

"Untuk desa lainnya seperti  Desa Batuhula, Desa Telo, Desa Napa, Desa Perkebunan Hapesong, Desa Hapesong Lama,  Desa Perkebunan Sigala-gala yang sudah  ODF," sebutnya.
 
Khairunisa mengatakan dari sebanyak 7588 jumlah KK sebanyak 6.016 KK atau 79,3 persen diantaranya masyarakat di 16 Desa/Kelurahan se Kecamatan Batang Toru sudah terprogres ODF sisanya sebanyak 1572 KK ditarget akan punya jamban hingga akhir tahun 2019.

"Semua langkah ini juga tidak lepas mewujudkan msyarakat Tapanuli Selatan yang sehat, cerdas, dan sejahtera sesuai visi misi Bupati Syahrul M.Pasaribu," sebutnya.

Baca juga: Puluhan hektare sawah di Tapsel terendam banjir

Baca juga: Pasir Matogu mengolahragakan masyarakat lewat dana desa
 

Pewarta: Kodir Pohan

Editor : Akung


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019