Kembali semangat, energi baru. Itulah , ucapan Yareli, Ketua Kelompok Juli Tani, usaha binaan program kemitraan (PK) PT Pertamina Marketing Operation Region (MOR) I saat ditanya soal bisnis cabai merah.
Kembali semangat dengan alasan bisnis tanaman cabainya dan petani kelompoknya tidak lagi dipenuhi rasa was - was kalau - kalau harga komoditas itu jatuh.
Tahun 2017, petani kelompoknya merugi besar karena ada panen raya.
Harga cabai merah di tingkat petani hanya sebesar Rp3. 000 per kg dari harga modal yang Rp7. 900 per kg.
Harga cabai di tahun 2018 cukup bagus atau menguntungkan.
Namun di Maret 2019, harga cabai merah tertekan lagi tinggal Rp9. 000 - Rp12. 000 per kg.
Harga kembali naik hingga saat ini dan bahkan sudah capai Rp60. 000 per kg.
Saat ini, harga modal cabai sudah Rp12 ribuan per kg sehingga harga jual minimal atau sudah untung sebesar Rp20. 000 per kg.
"Sejak dapat ilmu pengolahan cabai merah, petani sudah punya solusi saat harga jatuh. Hasil panen bisa sebagian diolah jadi produk jadi seperti yang diajarkan PT Pertamina MOR (Marketing Operation Region) I melalui program kemitraaannya, " ujar Yareli.
Ilmu pengolahan cabai merah menjadi bon cabai dan manisan cabai bahkan dinilainya bukan hanya jadi sampingan, tetapi bisa jadi bisnis utama .
Keyakinan Yareli akan bisnis produk turunan cabai merah itu merujuk pada besarnya kebutuhan pasar
"Sudah ada permintaan dalam partai besar, tetapi belum disanggupi/terima, karena usaha kami masih dalam tahap pengembangan, " ujarnya.
Saat ini, produksi bon cabai sudah dijual ke pasar khususnya memenuhi orderan beberapa perusahaan.
Oleh karena itu, Yareli pun bertekad bisnis produk olahan cabai merah itu akan ditekuni serius kelompok tani tersebut.
Bisnis produk olahan cabai merah itu semakin diyakini bisa berkembang mengingat luas lahan milik 105 kelompok tani tersebut cukup luas atau 32 hektare.
Lahan cabai merah itu bisa diperluas karena usaha Juli Tani dengan dukungan dana kemitraan bergulir Pertamina sebesar Rp1,4 miliar.yang juga dibelikan 1.600 ekor kambing sudah berkembang biak.
Pemeliharaan kambing dimanfaatkan untuk memproduksi pupuk bagi tanaman cabai.
Melalui metode fermentasi pangan ternak kelompok tani itu mampu menghasilkan pupuk dalam waktu singkat atau satu hari.
Bisnis jual beli kambing itu juga mempercepat Juli Tani mendapatkan keuntungan untuk bisa mengembalikan dana pinjaman bergulir Pertamina.
Seperti harapan Pertamina, kami ingin menjadi usaha yang berkesinambungan dan tentu saja maju jadi usaha besar.
"Yang pasti saat ini petani tak galau lagi karena ada opsi atau solusi lain saat harga cabai merah anjlok, " katanya.
//MoveOn UKM//
Unit Manager Communication & CSR Pertamina MOR I, Roby Hervindo mengakui, dengan tema #MoveOnUKM, Pertamina bekerja sama dengan Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan) dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Deliserdang Juli 2019 mengadakan pelatihan pengolahan cabai merah.
Pembukaan pelatihan produk turunan cabai merah itu digelar di Dusun Jogja Desa Sidodadi Rumania, Deliserdang.
Lewat pelatihan yang berlangsung empat hari, Pertamina berharap petani bisa dapat mengolah cabai menjadi produk bernilai tambah semisal sambal kemasan.
Harapan besar Pertamina untuk peningkatan kesejahteraan petani itu semakin terlihat dengan besarnya anggaran dana bergulir PK yang dikucurkan untuk kelompok tersebut atau mencapai Rp1,4 miliar.
Pertamina memang serius mengembangkan usaha binaannya khususnya yang mengolah produk jadi.
UKM yang memproduksi minuman kopi dalam kemasan
"Temas Coffe"milik Nery Nazwani Halim binaan Pertamina MOR I lainnya bahkan sudah menembus pasar ekspor.
Seperti terkejut saat diajak Pertamina ikut di pameran Indonesia Creative Product Festival (ICPF) di Kuala Lumpur. Langsung awal Mei, Nery pun kaget dan senang saat produknya bisa meraup 1.200 RM saat di pameran.
Pengusaha yang sempat " galau" saat usahanya mengalami persaingan ketat itupun juga kaget saat menerima orderan untuk di ekspor ke Malaysia usai pameran.
//Apresiasi Pemerintah//
Langkah Pertamina memberi ilmu pengolahan cabai merah itu mendapat apresiasi dari banyak pihak.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Deliserdang, Ramlan Refis di saat pembukaan pelatihan menyebutkan pelatihan itu dapat meningkatkan kesejahteraan petani cabai.
Suatu kesempatan baik bagi petani mendapatkan ilmu bisnis itu termasuk dengan mendapat bantuan dana.
Kepala BBP Mektan, Agung Prabowo menyebutkan, Deliserdang sebagai salah satu sentra produksi cabai terbesar di Sumut memang sudah seharusnya memiliki usaha produk turunan.
Suatu apresiasi yang besar kepada Pertamina MOR I yang telah memiliki andil dalam pengembangan produk turunan cabai merah.
Sekda Provinsi Sumut, Sabrina mengakui langkah Pertamina membina petani cabai membuat produk olahan sangat membantu pemerintah.
Harga cabai yang fluktuatif dampak banyak faktor termasuk karena komoditas itu musiman yang mudah rusak memang harus diatasi.
Kondisi petani yang harus cepat menjual hasil panennya agar tidak sampai rusak dan kerap dimanfaatkan pedagang menekan harga cabai harus disiasati.
"Di satu waktu harga cabai merah bisa menjadi penyumbang inflasi karena harga naik tajam dan saat lain bisa merugikan petani. Kedua kejadian menjadi pemikiran pemerintah, " ujarnya.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut pada Juli lalu menunjukkan inflasi di Kota Medan mencapai sebesar 0,95 persen.
Kenaikan harga cabai merah menjadi andil terbesar dalam inflasi itu atau sebesar 21,43 persen.
Andil kenaikan cabai merah itu jauh lebih besar atau tertinggi dari kontribusi harga barang lainnya termasuk kenaikan harga emas perhiasan yang di bulan itu hanya 2,71 persen.
Oleh karena itu, Pemprov Sumut khususnya Tim Pengendali Inflasi Daerah Sumut mengapresiasi Pertamina yang berinisiatif mengembangkan usaha produk olahan cabai merah di tengah petani.
Apalagi, kata dia, program Pemprov Sumut di kepemimpinan Gubernur Sumut Edy Rahmayadi dan Wakil Gubernur Sumut Musa Rajekshah adalah Membangun Desa Menata Kota.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019
Kembali semangat dengan alasan bisnis tanaman cabainya dan petani kelompoknya tidak lagi dipenuhi rasa was - was kalau - kalau harga komoditas itu jatuh.
Tahun 2017, petani kelompoknya merugi besar karena ada panen raya.
Harga cabai merah di tingkat petani hanya sebesar Rp3. 000 per kg dari harga modal yang Rp7. 900 per kg.
Harga cabai di tahun 2018 cukup bagus atau menguntungkan.
Namun di Maret 2019, harga cabai merah tertekan lagi tinggal Rp9. 000 - Rp12. 000 per kg.
Harga kembali naik hingga saat ini dan bahkan sudah capai Rp60. 000 per kg.
Saat ini, harga modal cabai sudah Rp12 ribuan per kg sehingga harga jual minimal atau sudah untung sebesar Rp20. 000 per kg.
"Sejak dapat ilmu pengolahan cabai merah, petani sudah punya solusi saat harga jatuh. Hasil panen bisa sebagian diolah jadi produk jadi seperti yang diajarkan PT Pertamina MOR (Marketing Operation Region) I melalui program kemitraaannya, " ujar Yareli.
Ilmu pengolahan cabai merah menjadi bon cabai dan manisan cabai bahkan dinilainya bukan hanya jadi sampingan, tetapi bisa jadi bisnis utama .
Keyakinan Yareli akan bisnis produk turunan cabai merah itu merujuk pada besarnya kebutuhan pasar
"Sudah ada permintaan dalam partai besar, tetapi belum disanggupi/terima, karena usaha kami masih dalam tahap pengembangan, " ujarnya.
Saat ini, produksi bon cabai sudah dijual ke pasar khususnya memenuhi orderan beberapa perusahaan.
Oleh karena itu, Yareli pun bertekad bisnis produk olahan cabai merah itu akan ditekuni serius kelompok tani tersebut.
Bisnis produk olahan cabai merah itu semakin diyakini bisa berkembang mengingat luas lahan milik 105 kelompok tani tersebut cukup luas atau 32 hektare.
Lahan cabai merah itu bisa diperluas karena usaha Juli Tani dengan dukungan dana kemitraan bergulir Pertamina sebesar Rp1,4 miliar.yang juga dibelikan 1.600 ekor kambing sudah berkembang biak.
Pemeliharaan kambing dimanfaatkan untuk memproduksi pupuk bagi tanaman cabai.
Melalui metode fermentasi pangan ternak kelompok tani itu mampu menghasilkan pupuk dalam waktu singkat atau satu hari.
Bisnis jual beli kambing itu juga mempercepat Juli Tani mendapatkan keuntungan untuk bisa mengembalikan dana pinjaman bergulir Pertamina.
Seperti harapan Pertamina, kami ingin menjadi usaha yang berkesinambungan dan tentu saja maju jadi usaha besar.
"Yang pasti saat ini petani tak galau lagi karena ada opsi atau solusi lain saat harga cabai merah anjlok, " katanya.
//MoveOn UKM//
Unit Manager Communication & CSR Pertamina MOR I, Roby Hervindo mengakui, dengan tema #MoveOnUKM, Pertamina bekerja sama dengan Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan) dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Deliserdang Juli 2019 mengadakan pelatihan pengolahan cabai merah.
Pembukaan pelatihan produk turunan cabai merah itu digelar di Dusun Jogja Desa Sidodadi Rumania, Deliserdang.
Lewat pelatihan yang berlangsung empat hari, Pertamina berharap petani bisa dapat mengolah cabai menjadi produk bernilai tambah semisal sambal kemasan.
Harapan besar Pertamina untuk peningkatan kesejahteraan petani itu semakin terlihat dengan besarnya anggaran dana bergulir PK yang dikucurkan untuk kelompok tersebut atau mencapai Rp1,4 miliar.
Pertamina memang serius mengembangkan usaha binaannya khususnya yang mengolah produk jadi.
UKM yang memproduksi minuman kopi dalam kemasan
"Temas Coffe"milik Nery Nazwani Halim binaan Pertamina MOR I lainnya bahkan sudah menembus pasar ekspor.
Seperti terkejut saat diajak Pertamina ikut di pameran Indonesia Creative Product Festival (ICPF) di Kuala Lumpur. Langsung awal Mei, Nery pun kaget dan senang saat produknya bisa meraup 1.200 RM saat di pameran.
Pengusaha yang sempat " galau" saat usahanya mengalami persaingan ketat itupun juga kaget saat menerima orderan untuk di ekspor ke Malaysia usai pameran.
//Apresiasi Pemerintah//
Langkah Pertamina memberi ilmu pengolahan cabai merah itu mendapat apresiasi dari banyak pihak.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Deliserdang, Ramlan Refis di saat pembukaan pelatihan menyebutkan pelatihan itu dapat meningkatkan kesejahteraan petani cabai.
Suatu kesempatan baik bagi petani mendapatkan ilmu bisnis itu termasuk dengan mendapat bantuan dana.
Kepala BBP Mektan, Agung Prabowo menyebutkan, Deliserdang sebagai salah satu sentra produksi cabai terbesar di Sumut memang sudah seharusnya memiliki usaha produk turunan.
Suatu apresiasi yang besar kepada Pertamina MOR I yang telah memiliki andil dalam pengembangan produk turunan cabai merah.
Sekda Provinsi Sumut, Sabrina mengakui langkah Pertamina membina petani cabai membuat produk olahan sangat membantu pemerintah.
Harga cabai yang fluktuatif dampak banyak faktor termasuk karena komoditas itu musiman yang mudah rusak memang harus diatasi.
Kondisi petani yang harus cepat menjual hasil panennya agar tidak sampai rusak dan kerap dimanfaatkan pedagang menekan harga cabai harus disiasati.
"Di satu waktu harga cabai merah bisa menjadi penyumbang inflasi karena harga naik tajam dan saat lain bisa merugikan petani. Kedua kejadian menjadi pemikiran pemerintah, " ujarnya.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut pada Juli lalu menunjukkan inflasi di Kota Medan mencapai sebesar 0,95 persen.
Kenaikan harga cabai merah menjadi andil terbesar dalam inflasi itu atau sebesar 21,43 persen.
Andil kenaikan cabai merah itu jauh lebih besar atau tertinggi dari kontribusi harga barang lainnya termasuk kenaikan harga emas perhiasan yang di bulan itu hanya 2,71 persen.
Oleh karena itu, Pemprov Sumut khususnya Tim Pengendali Inflasi Daerah Sumut mengapresiasi Pertamina yang berinisiatif mengembangkan usaha produk olahan cabai merah di tengah petani.
Apalagi, kata dia, program Pemprov Sumut di kepemimpinan Gubernur Sumut Edy Rahmayadi dan Wakil Gubernur Sumut Musa Rajekshah adalah Membangun Desa Menata Kota.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019