Peneliti Utama Center of Strategic and Defense Studies (CSDS) dari Universitas Indonesia Dr DKS Nugraha mengatakan, pembinaan kesadaran bela negara pada lingkungan pendidikan diperlukan secara simultan dan terpadu, serta menyeluruh, selaras dengan sasaran pembangunan nasional.
Dalam makalahnya pada Sosialisasi Pembinaan Kesadaran Bela Negara di Lingkungan Masyarakat Provinsi Sumatera Utara, Medan, Selasa, Nugraha mengatakan, bela negara mempunyai asaran psikis, yakni untuk menumbuhkan sikap mental, antara lain cerdas, kritis, kreatif, proaktif, disiplin, bertanggung jawab, tahan uji, pantang menyerah dan merasa bangga sebagai warga negara Indonesia.
Sedangkan, sasaran fisik adalah membentuk sikap dan perilaku menghargai nilai-nilai kesehatan, serta memiliki fisik yang kuat, tangkas, terampil dan disiplin.
Pembinaan kesadaran bela negara berupa nilai-nilai bela negara yang menjadi pijakan warga negara dalam bersikap dan bertindak terbaik bagi bangsa dan negara, sebagai wujud tanggung jawab guna menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia.
Kegiatan yang diikuti puluhan pelajar, mahasiswa dan undangan lainnya berlangsung cukup komunikatif. Para peserta yang merupakan generasi muda sebagai calon-calon pemimpin nasional terlihat cukup antusias mengajukan sejumlah pertanyaan terkait materi sosialisasi pembinaan kesadaran bela negara.
Direktorat Bela Negara Ditjen Pothan Kemenhan Brigjen TNI Untung Waluyo mengatakan, bela negara mengandung nilai-nilai cinta tanah air, sadar berbangsa dan bernegara, setia pada Pancasila sebagai ideologi negara, rela berkorban untuk bangsa dan negara.
Bela negara adalah sikap dan perilaku warga yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa, serta negara, kata Waluyo, dalam makalahnya yang dibacakan Kolonel Arh Luhkito Hadi Iswanto.
Ia menyebutkan, sosialisasi pembinaan kesadaran bela negara ini diperlukan karena landasan pemikiran bahwa suatu negara dikatakan kuat pertahanannya apabila bangsa tersebut bersatu padu untuk selalu mempertahankan dan memperjuangkan, serta melindungi hak-hak warga negaranya.
"Indonesia akan disegani oleh negara lain apabila seluruh elemen bangsanya bersatu padu dalam pertahanan negara." katanya.
Namun, era globalisasi telah membuat lalai sebagian bangsa Indonesia akan kesadaran untuk melindungi dan membela negaranya dari segala bentuk ancaman yang terjadi, karena itulah sosialisasi ini perlu dilakukan.
Waluyo mengatakan, bela negara bukanlah bawaan sejak lahir, sehingga perlu ditumbuhkembangkan melalui proses pembinaan kesadaran bela negara yang dilakukan sejak usia dini hingga dewasa.
Kesadaran bela negara diperlukan guna membangun karakter bangsa Indonesia yang cinta tanah air, rela berkorban demi negara dan bangsa, yakni Pancasila sebagai ideologi negara, memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara, serta mempunyai kemampuan awal bela negara, baik secara psikis maupun secara fisik, katanya.
Baca juga: UMSU-LPU India kerja sama pertukaran mahasiswa
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019
Dalam makalahnya pada Sosialisasi Pembinaan Kesadaran Bela Negara di Lingkungan Masyarakat Provinsi Sumatera Utara, Medan, Selasa, Nugraha mengatakan, bela negara mempunyai asaran psikis, yakni untuk menumbuhkan sikap mental, antara lain cerdas, kritis, kreatif, proaktif, disiplin, bertanggung jawab, tahan uji, pantang menyerah dan merasa bangga sebagai warga negara Indonesia.
Sedangkan, sasaran fisik adalah membentuk sikap dan perilaku menghargai nilai-nilai kesehatan, serta memiliki fisik yang kuat, tangkas, terampil dan disiplin.
Pembinaan kesadaran bela negara berupa nilai-nilai bela negara yang menjadi pijakan warga negara dalam bersikap dan bertindak terbaik bagi bangsa dan negara, sebagai wujud tanggung jawab guna menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia.
Kegiatan yang diikuti puluhan pelajar, mahasiswa dan undangan lainnya berlangsung cukup komunikatif. Para peserta yang merupakan generasi muda sebagai calon-calon pemimpin nasional terlihat cukup antusias mengajukan sejumlah pertanyaan terkait materi sosialisasi pembinaan kesadaran bela negara.
Direktorat Bela Negara Ditjen Pothan Kemenhan Brigjen TNI Untung Waluyo mengatakan, bela negara mengandung nilai-nilai cinta tanah air, sadar berbangsa dan bernegara, setia pada Pancasila sebagai ideologi negara, rela berkorban untuk bangsa dan negara.
Bela negara adalah sikap dan perilaku warga yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa, serta negara, kata Waluyo, dalam makalahnya yang dibacakan Kolonel Arh Luhkito Hadi Iswanto.
Ia menyebutkan, sosialisasi pembinaan kesadaran bela negara ini diperlukan karena landasan pemikiran bahwa suatu negara dikatakan kuat pertahanannya apabila bangsa tersebut bersatu padu untuk selalu mempertahankan dan memperjuangkan, serta melindungi hak-hak warga negaranya.
"Indonesia akan disegani oleh negara lain apabila seluruh elemen bangsanya bersatu padu dalam pertahanan negara." katanya.
Namun, era globalisasi telah membuat lalai sebagian bangsa Indonesia akan kesadaran untuk melindungi dan membela negaranya dari segala bentuk ancaman yang terjadi, karena itulah sosialisasi ini perlu dilakukan.
Waluyo mengatakan, bela negara bukanlah bawaan sejak lahir, sehingga perlu ditumbuhkembangkan melalui proses pembinaan kesadaran bela negara yang dilakukan sejak usia dini hingga dewasa.
Kesadaran bela negara diperlukan guna membangun karakter bangsa Indonesia yang cinta tanah air, rela berkorban demi negara dan bangsa, yakni Pancasila sebagai ideologi negara, memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara, serta mempunyai kemampuan awal bela negara, baik secara psikis maupun secara fisik, katanya.
Baca juga: UMSU-LPU India kerja sama pertukaran mahasiswa
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019