Samosir, Sumut, 25/10 (Antara) - Sanggar Seni Batak Art Onan Baru, Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, berkomitmen melatih kemampuan remaja memainkan alat musik tradisional sebagai upaya melestarikan budaya Indonesia.
Zico Harianja (30 tahun), seorang guru seni yang aktif di sanggar Batak Art, di Samosir, Minggu, mengatakan, remaja sekarang lebih tertarik mendengarkan dan memainkan alunan musik modern daripada budaya peninggalan leluhur.
"Beranjak dari keresahan ini, saya bersama teman-teman membentuk Sanggar Seni Batak Art dua tahun lalu," ujar pria lajang yang berprofesi sebagai guru ini.
Awalnya, katanya, ia bersama teman-temannya mengalami kendala untuk mengubah pola pikir remaja di kawasanbSamosir, untuk mencintai musik tradisional.
"Hanya beberapa orang saja yang mau latihan di sanggar, walaupun kegiatannya dirancang gratis," sebut alumni Universitas Medan (Unimed) jurusan Seni Musik ini.
Setelah Sanggar Batak Art mengkolaborasikan musik modern dengan seni Batak, remaja mulai tertarik, karena corak musiknya dipandang lebih indah.
"Sekarang ini ada 30-an remaja tingkat SMP dan SMA yang aktif berlatih seni tradisional Batak yang dimodifikasi dengan seni modern. Kami optimis peminatnya akan terus tumbuh," kata Zico.
Untuk keperluan kegiatan operasional, katanya, Sanggar Seni Batak Art dibantu secara swadaya masyarakat, dengan sistem pembinaan berjenjang.
"Mereka (anak didik) yang sudah menguasai, akan melatih teman-temannya atau adik-adik, jadi ada transformasi ilmu sesama anak didik," kata Zico.
Zico juga berharap agar kepedulian pemerintah, perusahaan atau lembaga lain, dalam menumbuhkan kecintaan remaja terhadap musik tradisional yang menjadi bagian dari budaya Indonesia, terus tumbuh di daerahnya maupun daerah lainnya sebagai upaya pelestarian budaya bangsa. ***4***
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2015
Zico Harianja (30 tahun), seorang guru seni yang aktif di sanggar Batak Art, di Samosir, Minggu, mengatakan, remaja sekarang lebih tertarik mendengarkan dan memainkan alunan musik modern daripada budaya peninggalan leluhur.
"Beranjak dari keresahan ini, saya bersama teman-teman membentuk Sanggar Seni Batak Art dua tahun lalu," ujar pria lajang yang berprofesi sebagai guru ini.
Awalnya, katanya, ia bersama teman-temannya mengalami kendala untuk mengubah pola pikir remaja di kawasanbSamosir, untuk mencintai musik tradisional.
"Hanya beberapa orang saja yang mau latihan di sanggar, walaupun kegiatannya dirancang gratis," sebut alumni Universitas Medan (Unimed) jurusan Seni Musik ini.
Setelah Sanggar Batak Art mengkolaborasikan musik modern dengan seni Batak, remaja mulai tertarik, karena corak musiknya dipandang lebih indah.
"Sekarang ini ada 30-an remaja tingkat SMP dan SMA yang aktif berlatih seni tradisional Batak yang dimodifikasi dengan seni modern. Kami optimis peminatnya akan terus tumbuh," kata Zico.
Untuk keperluan kegiatan operasional, katanya, Sanggar Seni Batak Art dibantu secara swadaya masyarakat, dengan sistem pembinaan berjenjang.
"Mereka (anak didik) yang sudah menguasai, akan melatih teman-temannya atau adik-adik, jadi ada transformasi ilmu sesama anak didik," kata Zico.
Zico juga berharap agar kepedulian pemerintah, perusahaan atau lembaga lain, dalam menumbuhkan kecintaan remaja terhadap musik tradisional yang menjadi bagian dari budaya Indonesia, terus tumbuh di daerahnya maupun daerah lainnya sebagai upaya pelestarian budaya bangsa. ***4***
Editor : Ribut Priadi
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2015