Balige, 24/6 (Antara) - Sejumlah industri tekstil penghasil kain sarung tenun di Balige, Kabupaten Toba Samosir (Tobasa) Sumatera Utara, dinilai cukup berperan menyumbang peningkatan perekonomian masyarakat.

Sektor tersebut memberi kontribusi terbesar terhadap PDRB yakni 43,12 persen dan terus mengalami pertumbuhan setiap tahunnya.

"Industri tekstil penghasil kain sarung tenun yang ada di Balige dinilai cukup berperan menyumbang peningkatan perekonomian sebagai kegiatan usaha perdagangan dan menyerap tenaga kerja lokal," kata Pardede, seorang pengusaha tekstil di Balige, Selasa.

Sejak tahun 60-an, kata dia, sarung tenun itu sudah dijadikan sebagai kegiatan usaha dan ikut berperan dalam pengembangan ekonomi rakyat di daerah tersebut.
Dulu, lanjutnya, kain sarung yang biasa disebut "mandar" itu dikerjakan secara manual dengan alat tenun bukan mesin. Sehingga setiap kilang atau tekstil dapat mempekerjakan ratusan karyawan.

Pardede menjelaskan, puluhan tahun silam industri tekstil di wilayah ini, pernah mengalami kejayaan yang gemilang dengan banyaknya pengusaha tekstil. Namun saat ini, hanya tinggal sepuluh unit pabrik yang masih bertahan.

Hingga kini, menurutnya, produk kerajinan tenun asli dari daerah tepian danau Toba itu, masih banyak disukai, karena kualitasnya yang lumayan bagus dengan harga relatif murah dan dapat terjangkau masyarakat.

"Kain sarung ini banyak digunakan masyarakat setempat untuk kain bedong (pembungkus bayi) karena bahannya yang menggunakan benang jenis cotton 20 S itu menimbulkan rasa hangat," katanya.

Dikatakannya, usaha yang dijalankan sekarang ini merupakan warisan dari orangtuanya sejak 1980. Perbedaannya, dulu keluarganya menggeluti pekerjaan tersebut masih menggunakan cara konvensional.

Sekarang, untuk menghasilkan sarung menggunakan alat tenun mesin tenaga listrik mampu memproduksi kain sarung tenun sedikitnya 500 lembar perhari.

Ia menambahkan, sarung tenun Balige ini sudah sangat terkenal sejak dulu dan berhasil menembus pasar di Sumatera bahkan hingga ke pulau Jawa.

"Sarung tenun ini merupakan hasil kreativitas pegrajin Balige dengan kualitas yang mampu menyaingi produk impor," katanya.

Boru Sianipar (50), karyawan tekstil penghasil sarung di Balige mengaku, sejak remaja dia sudah menggeluti pekerjaan sebagai partonun (penenun) dan penghasilan yang didapatkannya dari profesi tersebut dapat menghidupi keluarganya.***2***
(T.KR-HIN/C/S. Suryatie/S. Suryatie)

Pewarta: H Imran Napitupulu

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2014