Tarutung, Tapanuli Utara (Antara Sumut), Air soda atau disebut Aek Rara dalam bahasa Batak Toba merupakan objek wisata alam terkenal di daerah Tapanuli Utara. Kawasan wisata yang terletak di Desa Parbubu Tarutung ini memberikan sensasi tersendiri bagi para pengunjung.
Pemandian air soda dapat ditempuh dengan 8 jam perjalanan darat dari kota Medan dan hanya satu jam dari pusat kota Tarutung.
Air soda sendiri bermula dari penemuan seorang bidan bernama Minar Sihite (72). Pada saat itu Minar hendak pulang ke kampung halamannya ke Tarutung, lalu Ia berjalan menuju semak belukar dan tiba-tiba menemukan mata air yang lain dari mata air biasanya.
“Di semak belukar itu saya melihat ada mata air yang berbuih dan berwarna merah seperti soda,” jelasnya. Minar sendiri yang pada saat itu mengira bahwa hanya ada satu mata air langsung pulang tidak menghiraukan mata air berbuih itu.
Beberapa hari setelah itu, Minar bermimpi didatangi Sahala Opung yang merupakan sesepuh kampung itu mengatakan bahwa dia diberi wasiat untuk mengembangkan tempat dimana dia menemukan air soda itu.
Di mimpi itu, Minar harus mempersiapkan tujuh pohul itak (lampet) yang dibungkus daun pisang sebagai persembahan untuk permisi kepada sang raja alam pada saat itu.
“Setelah saya menemukan mata air itu, beberapa hari kemudian saya bermimpi, di mimpi itu saya didatangi raja alam kampung ini dan saya diberi mandat untuk memperluas dan mengembangkan mata air itu,” jelasnya dengan mata berbinar karna mengingat usahanya untuk mengembangkan air soda ini.
Dengan usaha sendiri, Minar membabat semak belukar dan menemukan makin banyak mata air yang mengeluarkan buih. Sejak tahun 1976, berkat usahanya sendiri tempat ini akhirnya dijadikan objek wisata pemandian air soda.
Air soda di pemandian ini sendiri berwarna merah. Jika mandi di pemandian ini, tubuh kita akan berbusa tetapi airnya tidak lengket di badan seperti minuman bersoda biasanya. Air soda ini malah membuat kulit halus dan badan terasa ringan.
Walaupun mata akan terasa perih bila terkena air soda ini, banyak pengunjung yang tetap memasukkan kepalanya kedalam air soda untuk merasakan hangatnya air berbuih itu. Rasa asin air soda dan bau air soda yang khas membuat setiap pengunjung yang datang tertarik untuk berenang.
Untuk dapat merasakan hangatnya air soda ini, pengunjung tidak dikenakan biaya. Pengunjung dapat dengan bebas berenang selama apapun di pemandian air soda ini.
Tempat ini sendiri sempat berhenti digunakan pada tahun 1989 akibat tertimpa longsor.Tetapi setelah bencana itu, ibu Minar boru Sihite membangun kembali pemandian ini.
Dengan usaha sendiri tanpa campur tangan pemerintah setempat, wanita yang berprofesi sebagai bidan ini memperbaiki setiap kerusakan yang terjadi pada pemandian air soda pada saat itu.
Hingga saat ini makin banyak pengunjung yang datang untuk merasakan hangatnya air soda. Bukan hanya pengunjung domestik saja yang datang tetapi turis mancanegara juga banyak yang datang untuk melihat air soda.
Air soda konon hanya ada dua di dunia yakni di Benua Amerika tepatnya di Venezuela dan di Tarutung. Dengan adanya keajaiban air soda, menjadikan kota Tarutung semakin ramai oleh orang-orang yang ingin melihat keajaiban alam di tanah batak.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2014
Pemandian air soda dapat ditempuh dengan 8 jam perjalanan darat dari kota Medan dan hanya satu jam dari pusat kota Tarutung.
Air soda sendiri bermula dari penemuan seorang bidan bernama Minar Sihite (72). Pada saat itu Minar hendak pulang ke kampung halamannya ke Tarutung, lalu Ia berjalan menuju semak belukar dan tiba-tiba menemukan mata air yang lain dari mata air biasanya.
“Di semak belukar itu saya melihat ada mata air yang berbuih dan berwarna merah seperti soda,” jelasnya. Minar sendiri yang pada saat itu mengira bahwa hanya ada satu mata air langsung pulang tidak menghiraukan mata air berbuih itu.
Beberapa hari setelah itu, Minar bermimpi didatangi Sahala Opung yang merupakan sesepuh kampung itu mengatakan bahwa dia diberi wasiat untuk mengembangkan tempat dimana dia menemukan air soda itu.
Di mimpi itu, Minar harus mempersiapkan tujuh pohul itak (lampet) yang dibungkus daun pisang sebagai persembahan untuk permisi kepada sang raja alam pada saat itu.
“Setelah saya menemukan mata air itu, beberapa hari kemudian saya bermimpi, di mimpi itu saya didatangi raja alam kampung ini dan saya diberi mandat untuk memperluas dan mengembangkan mata air itu,” jelasnya dengan mata berbinar karna mengingat usahanya untuk mengembangkan air soda ini.
Dengan usaha sendiri, Minar membabat semak belukar dan menemukan makin banyak mata air yang mengeluarkan buih. Sejak tahun 1976, berkat usahanya sendiri tempat ini akhirnya dijadikan objek wisata pemandian air soda.
Air soda di pemandian ini sendiri berwarna merah. Jika mandi di pemandian ini, tubuh kita akan berbusa tetapi airnya tidak lengket di badan seperti minuman bersoda biasanya. Air soda ini malah membuat kulit halus dan badan terasa ringan.
Walaupun mata akan terasa perih bila terkena air soda ini, banyak pengunjung yang tetap memasukkan kepalanya kedalam air soda untuk merasakan hangatnya air berbuih itu. Rasa asin air soda dan bau air soda yang khas membuat setiap pengunjung yang datang tertarik untuk berenang.
Untuk dapat merasakan hangatnya air soda ini, pengunjung tidak dikenakan biaya. Pengunjung dapat dengan bebas berenang selama apapun di pemandian air soda ini.
Tempat ini sendiri sempat berhenti digunakan pada tahun 1989 akibat tertimpa longsor.Tetapi setelah bencana itu, ibu Minar boru Sihite membangun kembali pemandian ini.
Dengan usaha sendiri tanpa campur tangan pemerintah setempat, wanita yang berprofesi sebagai bidan ini memperbaiki setiap kerusakan yang terjadi pada pemandian air soda pada saat itu.
Hingga saat ini makin banyak pengunjung yang datang untuk merasakan hangatnya air soda. Bukan hanya pengunjung domestik saja yang datang tetapi turis mancanegara juga banyak yang datang untuk melihat air soda.
Air soda konon hanya ada dua di dunia yakni di Benua Amerika tepatnya di Venezuela dan di Tarutung. Dengan adanya keajaiban air soda, menjadikan kota Tarutung semakin ramai oleh orang-orang yang ingin melihat keajaiban alam di tanah batak.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2014