Medan, 8/6 (Antara) - Nilai ekspor industri Sumatera Utara (Sumut) pada Januari-April 2013 turun 7,32 persen dari periode sama tahun lalu atau tinggal 2,320 miliar dolar AS.
"Periode sama tahun lalu, perolehan devisa dari sektor industri sudah senilai 2,504 miliar dolar AS. Penurunan dipicu melemahnya harga jual berbagai produk industri seperti minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan karet," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Suharno, di Medan, Sabtu.
Meski turun, tapi sektor industri itu masih mendominasi atau mencapai 72,13 persen dari perolehan devisa Sumut yang mencapai 3,217 miliar dolar AS per April 2013.
Adapun sektor pertanian Sumut masih berkontribusi sebesar 27,80 persen atau sebesar 894,530 juta dolar AS.
"Ada prakiraan, devisa dari sektor itu masih akan tergerus karena data dari pengusaha menunjukkan harga jual hasil industri masih dalam keadaan tertekan," katanya.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sumut, Parlindungan Purba, menyebutkan, penurunan nilai ekspor industri memang menjadi catatan tersendiri bagi pihaknya.
"Apindo sudah mewanti-wanti agar penurunan nilai ekspor itu menjadi pelajaran berharga bagi pengusaha untuk tidak semata memfokuskan penjualan ke pasar ekspor, tetapi juga harus memperkuat pemasaran di dalam negeri yang potensinya masih cukup besar," katanya.
Apindo juga sudah mengingatkan pengusaha agar juga meningkatkan produksi dalam bentuk barang jadi, bukan setengah jadi seperti selama ini antara lain masih dalam bentuk CPO di produk sawit dan crumb rubber untuk karet.
Guna semakin meningkatkan industri jadi, Apindo juga sudah minta dan mendesak pemerintah untuk mendukung pengusaha antara lain dengan meningkatkan infrastruktur khususnya di sektor energi.
Krisis gas yang masih terjadi hingga dewasa ini, kata dia, suatu hal yang memprihatinkan karena menghambat kinerja perusahaan.(E016)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013
"Periode sama tahun lalu, perolehan devisa dari sektor industri sudah senilai 2,504 miliar dolar AS. Penurunan dipicu melemahnya harga jual berbagai produk industri seperti minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan karet," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Suharno, di Medan, Sabtu.
Meski turun, tapi sektor industri itu masih mendominasi atau mencapai 72,13 persen dari perolehan devisa Sumut yang mencapai 3,217 miliar dolar AS per April 2013.
Adapun sektor pertanian Sumut masih berkontribusi sebesar 27,80 persen atau sebesar 894,530 juta dolar AS.
"Ada prakiraan, devisa dari sektor itu masih akan tergerus karena data dari pengusaha menunjukkan harga jual hasil industri masih dalam keadaan tertekan," katanya.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sumut, Parlindungan Purba, menyebutkan, penurunan nilai ekspor industri memang menjadi catatan tersendiri bagi pihaknya.
"Apindo sudah mewanti-wanti agar penurunan nilai ekspor itu menjadi pelajaran berharga bagi pengusaha untuk tidak semata memfokuskan penjualan ke pasar ekspor, tetapi juga harus memperkuat pemasaran di dalam negeri yang potensinya masih cukup besar," katanya.
Apindo juga sudah mengingatkan pengusaha agar juga meningkatkan produksi dalam bentuk barang jadi, bukan setengah jadi seperti selama ini antara lain masih dalam bentuk CPO di produk sawit dan crumb rubber untuk karet.
Guna semakin meningkatkan industri jadi, Apindo juga sudah minta dan mendesak pemerintah untuk mendukung pengusaha antara lain dengan meningkatkan infrastruktur khususnya di sektor energi.
Krisis gas yang masih terjadi hingga dewasa ini, kata dia, suatu hal yang memprihatinkan karena menghambat kinerja perusahaan.(E016)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013