Mantan Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus (Dirtipideksus) Bareskrim Mabes Polri Brigjen Pol (Purn) Victor Edison Simanjuntak mengatakan korupsi berkaitan dengan moral, sistem, ekonomi, politik dan hukum. Karena itu korupsi tidak bisa dilawan sendirian atau dari satu sudut saja.
“Korupsi tidak bisa dilawan hanya dari satu sudut saja. Korupsi mesti dihadapi secara bersama dengan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki bangsa ini,” kata sosok yang terkenal dengan keberanian dan kiprahnya dalam pengungkapan kasus-kasus korupsi yang menjadi perhatian publik.
Hal itu disampaikan Victor ketika diundang menjadi pembicara pada seminar “Kepemimpinan dan Kepedulian dalam Pemberantasan Korupsi” yang diadakan di Aula Kantor Bupati Padang Lawas Utara (Paluta), Gunung Tua, Sumatera Utara, Rabu (14/9).
Menurut sosok yang disebut-sebut bakal menjadi calon gubernur Sumut ini, Indonesia telah berupaya melakukan koreksi dengan mencanangkan reformasi yang didalamnya antara lain demi mewujudkan masyarakat berkeadaban, berdasarkan Pancasila, dengan pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme menjadi salah satu agenda.
Bersamaan dengan itu dia meminta semua pihak mengedepankan budaya hidup jujur, sederhana, tidak tamak, disiplin, menghargai waktu dan taat kepada peraturan.
“Dalam hal ini aspek keteladanan, terutama dari pemimpin menjadi unsur yang sangat penting,” sambung Victor yang punya semboyan “Libas Korupsi” ini.
Dikatakan, setiap pemimpin institusi pemerintahan maupun organisasi harus membangun sistem dan tata kelola pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi agar dapat efektif untuk mencegah peluang terjadinya korupsi.
Disitulah pentingnya untuk lembaga pemerintah melakukan langkah percepatan reformasi birokrasi termasuk di dalamnya reformasi pelayanan publik dan perijinan. Pemimpin yang baik dalam memberantas korupsi juga harus membangun mekanisme kerja yang diarahkan menggunakan dukungan teknologi informasi atau sistem elektronik (e-government).
“Mulai dari pelayanan online, cash flow management system, pajak online, e-budgeting, e-purchasing system, e-catalog dan pemanfaatan whistleblowing system,” ujar Victor.
Pemimpin yang mempunyai komitmen yang tinggi terhadap pemberantasan korupsi akan membangkitkan semangat dan kemauan semua jajarannya untuk tidak melakukan tindakan korupsi, serta keberanian untuk mencegah atau menindak orang lain yang melakukan korupsi.
“Untuk itulah perlu dikembangkan karakter kepemimpinan yang kuat di seluruh organisasi terutama lembaga pemerintah, yaitu pemimpin yang berani, bertanggungjawab, jujur, tidak ada kepentingan sempit pribadi atau kelompok, dan hidup sederhana,” kata Victor.
Secara khsusus kepada para mahasiswa dan peserta lainnya, Victor berharap mereka menjadi pemimpin-pemimpin di masa depan yang menjadi ujung tombak penumbuhan budaya anti korupsi dan pemberantasan tindak pidana korupsi di tengah-tengah masyarakat.
“Salam libas korupsi!!” teriak Victor.
Victor adalah lulusan Akademi Kepolisian tahun 1985. Dia memulai karirnya di kepolisian sebagai Kapolsek Parengan Tuban tahun 1985, lalu kapolsek di Jatirogo, Tuban; Baureno, Bajonegoro, dan di Batu, Malang. Setelah itu Victor menjadi Kanit Vice Control Bareskrim Polri tahun 1995, sebelum menjadi Kapolres di NTT yakni di Ngada dan Kupang hingga tahun 2004.
Dari sana dia menjadi Karo Personil Papua tahun 2005-2008, Kabag Polsus Deputy Ops Polri tahun 2009, Kepala Pusat pendidikan Adm Polri tahun 2009-2012, Kabag Kerjasama Luar Negeri tahun 2012-2014, dan menjadi Dir Tipideksus Bareskrim tahun 2014-2015.
Menurut Victor, banyak polisi yang baik di Indonesia, dan dirinya berkeyakinan kepolisian dapat terus meningkatkan citranya di dalam masyarakat. “Banyak polisi yang baik dan bersih. Kita harus memberikan dukungan bagi mereka dengan memercayai mereka,” kata Victor lagi. (*)
Ril/16