Jakarta, 1/1 (ANTARA) - Pengamat ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Latif Adam mengatakan bahwa dampak kenaikan tarif dasar listrik (TDL) dapat membuat industri terjepit.
"Di satu sisi, kenaikan TDL akan membuat biaya produksi meningkat sehingga harga jual menjadi naik, tetapi di sisi lain juga ada dampak menurunnya daya beli masyarakat," kata Latif saat dihubungi di Jakarta, Selasa.
Lebih lanjut Latif menjelaskan, kenaikan TDL yang rencananya mulai diberlakukan 2013 akan menyebabkan "cost-push inflation" atau inflasi yang disebabkan oleh naiknya biaya produksi.
Dengan adanya kenaikan biaya produksi, tidak ada pilihan lain yang bisa diambil pelaku industri selain menaikkan harga jual produk atau jasa mereka.
"Sehingga, kenaikan itu juga akan membuat daya saing produk kita terhadap barang impor menurun," tambah Latif.
Daya saing produk lokal yang menurun, secara berkelanjutan juga akan berimbas pada menurunnya daya beli masyarakat.
"Kenaikan TDL juga mau tidak mau akan berdampak pada daya beli rumah tangga yang mengakibatkan menurunnya daya beli masyarakat," jelasnya.
Dengan kondisi terjepit seperti itu, Latif berharap Pemerintah bisa segera turun tangan mengatasi dampak kenaikan TDL, terutama dari segi peningkatan kualitas untuk meningkatkan daya saing perusahaan lokal.
"Intinya adalah bagaimana Pemerintah memberikan perlindungan agar dunia usaha bisa terus meningkatkan daya saing sehingga tidak kalah dengan produk impor," ujarnya.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik, pekan lalu, mengumumkan kenaikan tarif dasar listrik secara bertahap sebesar 4,3 persen tiap kali kenaikan per triwulan mulai 1 Januari 2013. Namun kenaikan itu tidak berlaku untuk pelanggan listrik 450 watt dan 900 watt.
Menurut Wacik, langkah itu merupakan bentuk subsidi silang yang dilakukan untuk masyarakat kelas bawah yang banyak menggunakan listrik dengan daya 450 watt dan 900 watt.
Kenaikan itu diharapkan bisa menghemat subsidi listrik sebesar Rp14 triliun serta meningkatkan rasio elektrifikasi di Indonesia.