Tapanuli Selatan (ANTARA) - Mantan Bupati Tapanuli Selatan periode 2005–2010, Dr., Ir., Ongku P. Hasibuan, menanggapi fenomena air sumur bor yang bisa sempat terbakar di Dusun Mabang, Desa Muara Huta Raja, Kecamatan Muara Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), Sumatera Utara.
Menurut Ongku, peristiwa tersebut hampir dapat dipastikan disebabkan adanya kandungan gas di bawah permukaan tanah. “Pasti ada gas di bawah, bisa gas hidrokarbon dari minyak bumi atau gas metana. Masyarakat sebaiknya tidak mendekat dulu,” ujarnya menanggapi ANTARA dari Jakarta, via WhatsApp, Sabtu.
Ia mengingatkan warga untuk waspada apabila tercium bau telur busuk atau bau menyengat seperti kentut. Bau tersebut bisa menandakan adanya gas hidrogen sulfida (H2S) yang sangat berbahaya jika berada pada konsentrasi tinggi.
“Terkadang awalnya tercium bau, lalu seolah hilang. Itu bukan berarti gasnya hilang, tetapi penciuman kita yang sudah mati. Pada kondisi itu sangat berbahaya dan bisa mematikan,” katanya.
Ongku menjelaskan, jika gas yang keluar hanya berupa gas metana, risikonya relatif lebih kecil. Gas metana dapat dihasilkan dari pembusukan bahan organik seperti kotoran manusia dan hewan, bahkan pada kondisi tertentu gas dari septic tank juga bisa menyala.
Doktor lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) yang pernah bekerja di sektor minyak dan gas tersebut menyebutkan bahwa gas metana kini banyak dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif. “Bahkan kotoran hewan dan manusia sudah dimanfaatkan sebagai gas untuk memasak,” ujarnya.
Namun, lanjut Ongku, apabila gas yang keluar merupakan hidrokarbon dari minyak bumi dan dalam jumlah besar, hal tersebut justru berpotensi menjadi sumber energi jika dikelola dengan benar.
Meski demikian, ia menegaskan belum dapat diambil kesimpulan apa pun sebelum dilakukan pemeriksaan langsung di lokasi. “Harus dilihat ke tempatnya, ambil sampel, dan dicek jenis gasnya dengan alat gas analyzer,” katanya.
Ongku menyarankan agar kejadian tersebut segera dilaporkan ke pihak-pihak terkait untuk mendatangkan ahli, akademisi yang memahami kimia atau geologi, maupun pihak Pertamina. “Sementara itu, masyarakat sebaiknya tidak mendekat ke sumber gas sebelum diketahui tingkat bahayanya,” ujarnya.
Ia kembali menegaskan bahwa gas H2S merupakan ancaman paling serius. “Konsentrasi di atas 100 ppm sudah berbahaya, 100–300 ppm bisa menyebabkan kerusakan otak serius, dan di atas 300 ppm dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat,” katanya.
Sebelumnya viral Air Sumur Bor di Dusun Mabang, Desa Muara Huta Raja, Kecamatan Angkola Sangkunur, Kabupaten Tapanuli Selatan pasca bencana banjir bandang, sempat terbakar setelah warga menyulutnya dengan mancis.
