Tapanuli Selatan (ANTARA) - Ekowisata minat khusus semakin berkembang sebagai alternatif pariwisata berkelanjutan, terutama bagi wisatawan internasional yang mencari pengalaman autentik di alam liar.
Salah satu inisiatif ekowisata yang sukses adalah Tapanuli Trekking Tour, yang menawarkan petualangan di hutan Sumatera, khususnya di habitat orangutan Tapanuli.
Program ini tidak hanya menarik turis asing, tetapi juga berkontribusi pada pelestarian lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
CEO Tapanuli Trekking Tour (TTT) Decky Chandrawan, mengungkapkan bahwa wisata berbasis ekologi ini menghadirkan pengalaman unik seperti tracking, birdwatching, dan observasi satwa liar.
“Kami ingin wisatawan menikmati keindahan alam Sumatera, sekaligus mendukung upaya konservasi dan pemberdayaan masyarakat,” ujarnya kepada Antara, Minggu.
Hutan Sumatera khususnya di wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) memiliki keanekaragaman hayati yang menarik bagi turis mancanegara.
Selain jalur tracking yang menantang, kawasan ini menjadi rumah bagi berbagai spesies burung langka dan primata eksotis.

Keberadaan orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis) menjadi daya tarik utama bagi para penggemar konservasi dan fotografi alam.
Untuk memastikan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat, Tapanuli Trekking Tour melibatkan penduduk (Desa Bulu Mario di Kecamatan Sipirok-red) dalam berbagai aspek pariwisata.
Mereka (warga) dilatih menjadi pemandu wisata profesional, yang tidak hanya mengenal ekosistem hutan tetapi juga memahami budaya lokal.
Selain itu, model homestay berbasis masyarakat sedang dikembangkan, memungkinkan wisatawan tinggal di rumah warga untuk pengalaman lebih autentik.
Sebagai bagian dari tanggung jawab sosial, Tapanuli Trekking Tour juga aktif dalam edukasi konservasi, mengajarkan pentingnya menjaga kelestarian hutan kepada masyarakat.
Penduduk setempat kini lebih sadar akan manfaat ekowisata jangka panjang dan berperan aktif dalam perlindungan lingkungan.
Dampak ekonomi dari program ini cukup signifikan. Peningkatan jumlah wisatawan mendorong pertumbuhan usaha lokal, dari penyediaan makanan khas hingga kerajinan tangan.

Selain itu, kesadaran lingkungan masyarakat semakin tinggi, yang berkontribusi pada upaya konservasi hutan.
Pemanfaatan hutan sebagai destinasi ekowisata terbukti menjadi strategi efektif dalam menjaga kelestarian alam sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat.
Dengan dukungan lebih luas, model ekowisata berbasis komunitas ini berpotensi menjadikan Indonesia, Tapsel khususnya, sebagai destinasi utama bagi wisatawan yang mencari pengalaman alam yang autentik dan bertanggung jawab.
"Mengingat Tapanuli Trekking Tour yang berdiri susah sejak 2019 terus mendunia. Untuk Tahun 2024 saja sudah ada 98 turis dari berbagai manca negara yang masuk," tutup Ceo TTT, Decky Chandrawan.
