Medan (ANTARA) - Gabungan Perusahaan Karet Indonesia Sumatera Utara (Gapkindo Sumut) mencatat kinerja ekspor karet di wilayah ini pada periode 2017 hingga 2024 mengalami penurunan mencapai 50,3 persen.
Sekretaris Eksekutif Gapkindo Sumut Edy Irwansyah mengatakan volume ekspor karet alam Sumut pada tahun 2017 menunjukkan tren positif dengan tercatat sebesar 512.725 ton atau berada di angka normal ekspor tahunan.
"Pada 2024, volume ekspor karet turun menjadi 254.376 ton, yang berarti terjadi penurunan sebesar 50,3 persen," ujar Edy Irwansyah, di Medan, Senin.
Menurutnya, penurunan permintaan dari pabrik ban internasional terhadap karet alam, persaingan yang semakin ketat dari negara-negara penghasil karet lainnya menjadi faktor yang mempengaruhi penurunan kinerja ekspor karet alam Sumut tersebut.
'Penurunan kinerja ekspor ini dipengaruhi oleh beberapa faktor.Penurunan permintaan dari pabrik ban internasional terhadap karet alam Indonesia telah berdampak pada berkurangnya serapan produk karet Indonesia di pasar global,"kata dia.
Edy menyebut negara negara penghasil karet seperti, Thailand, Malaysia, dan Vietnam juga turut mengurangi pangsa pasar Indonesia di pasar dunia terhadap ekspo karet.
Pada 2024, pihaknya mencatat total ekspor karet alam Sumut ke Eropa sebesar 13,01 persen dari total ekspor dengan negara tujuan ekspor seperti Jerman, Prancis, Polandia, Spanyol, Belgia, Italia, Slovenia, Afrika Selatan, Korea Selatan, Rumania, Yunani, Belanda, Kroasia, Finlandia, Inggris, Serbia, dan Ceko.
Selain Eropa, lima negara utama tujuan ekspor karet alam Sumatera Utara adalah Jepang 37,99 persen, Amerika Serikat 21,52 persen, Brasil 6,77 persen, China 6,52 persen, dan India 6,42 persen.
"Peningkatan harga yang tercatat pada kuartal IV tahun 2024, dengan harga rata-rata SICOM-TSR20 mencapai 174,34 sen AS per kg, menjadi sinyal positif bagi industri karet Indonesia," kata dia.
Kendati demikian, kata dia,peningkatan tersebut belum diikuti oleh kenaikan produksi atau pasokan yang signifikan. Bahkan, pada kuartal IV 2024, pasokan karet alam dari Sumatera Utara tidak mengalami perbaikan yang berarti, yang membuat pemulihan pasar menjadi lebih sulit untuk dicapai.
Di tengah tantangan ini, dia menambahkan ada perkembangan signifikan di pasar karet global, khususnya di Afrika. Negara-negara penghasil karet di Afrika, termasuk Pantai Gading semakin menunjukkan kemajuan yang pesat dalam produksi dan ekspor karet alam.
Hal tersebut, lanjutnya, memberi dampak besar terhadap dinamika pasar karet dunia, menambah tingkat persaingan di pasar internasional, dan semakin memperburuk tantangan yang dihadapi Indonesia.
"Dengan masih adanya tantangan dalam meningkatkan produksi dan persaingan yang ketat di pasar global, diharapkan sektor karet alam Indonesia, khususnya di Sumatera Utara, dapat beradaptasi dengan perubahan pasar," jelas dia
Oleh karena itu, dia meminta pemerintah dan pelaku industri karet harus terus berupaya meningkatkan daya saing dan inovasi agar Indonesia dapat mempertahankan posisinya sebagai salah satu pemain utama dalam pasar karet dunia.