Jakarta (ANTARA) -
Pada akhir perdagangan Rabu, Rupiah ditutup merosot 64 poin atau 0,41 persen menjadi Rp15.500 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.436 per dolar AS.
"Dalam jangka pendek, penurunan BI-Rate dapat menyebabkan pelemahan rupiah," kata analis ICDX Taufan Dimas Hareva di Jakarta, Rabu.
Menurut Taufan, investor mungkin menarik dananya ke luar negeri mencari imbal hasil yang lebih tinggi, sehingga menyebabkan depresiasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.
Sebaliknya, menahan BI-Rate dapat membantu menjaga nilai tukar rupiah tetap stabil. Suku bunga yang relatif stabil bisa menarik investor asing yang mencari imbal hasil yang konsisten, sehingga mendukung nilai tukar rupiah.
Dari sisi eksternal, ada kemungkinan pelonggaran suku bunga Amerika Serikat (AS) pada September 2024 yang mulai diisyaratkan dalam sejumlah pernyataan petinggi bank sentral AS atau The Fed beberapa hari terakhir dan menjadi sentimen positif bagi pergerakan rupiah.
Saat ini, para pelaku pasar berfokus pada pidato Ketua The Fed, Jerome Powell, yang berpotensi memberikan informasi terkait pendekatan pelonggaran kebijakan ekonomi AS dalam pidatonya pada Jumat di acara The Jackson Hole Economic Symposium, dan hal itu juga akan memberikan arah gerak kepada mata uang Rupiah ke depannya.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Rabu menguat ke level Rp15.456 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.480 per dolar AS.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Rupiah tergelincir setelah BI tahan BI-Rate di level 6,25 persen