Medan (ANTARA) - Forum Keberagaman Nusantara (FKN) diluncurkan di Sumatera Utara, ditandai dengan pemutaran video tentang keberagaman di tanah air yang dilanjutkan dengan penandatanganan Nota Kesepakatan dan pemukulan gong oleh para tokoh lintas agama, suku, dan budaya dari Aceh hingga Papua, di Hotel Grand Aston City Hall di Medan, Sabtu (11/5).
Nota Kesepakatan ditandatangani oleh penggagas FKN H. Arif Rahmansyah Marbun bersama puluhan tokoh yang tercatat sebagai pendiri, di antaranya tokoh keberagaman Sumatera Utara Buya Syekh Ali Akbar Marbun, tokoh Melayu Sultan Deli Tuanku Lamantjiji Perkasa, tokoh Batak Toba RE Nainggolan, tokoh Sumut Dr Rahmat Shah, Ketua Umum PB Pandawa H Ruslan, dan Ketua Umum Pujakesuma Eko Sofyanto.
Kemudian juga tokoh Karo Nabari Ginting, tokoh Pesisir (MABSI) Zahri Piliang, tokoh Aceh Sepakat Mahyani Muhammad, tokoh Konghucu (MATAKIN) Muslim Linggouw, tokoh Bugis Nasir Ibrahim, tokoh Aliansi Sasak Lombok Mashul, tokoh Hindu Pasu Pathi, tokoh Budha Albert Masli, tokoh Papua Ince Weya, tokoh Agama dari FKUB Dr. Anshoruddin L, tokoh Sunda Prof Dadan Ramdan, tokoh Minangkabau Kesultanan Inderapura Sultan Rusdal Inayatsyah, Ketua Majelis Adat Kerajaan Keraton Senusantara Datuk Sri Adil Freddy Haberham, tokoh Tionghoa dari PITI dr Fadhlani Putri, tokoh Tionghoa dari KITA Rudy Wu, tokoh Maluku Stenly Mahury, dan tokoh Buddha Brilian Mochtar.
Lalu, Angkatan Muda Siliwangi Agus Mulyana, Dr. Yohy, perwakilan Pemuda Batak Bersatu, Perwakilan Horas Bangsa Batak, Perwakilan dari Paguyuban Suku Tionghoa Indonesia (PASTI) Goh Kiat Tie, Tokoh Maluku Tenggara (IKBMT) Pdt. Jhon Sedudun, Dr. Irfan Simatupang, perwakilan tokoh Nias Martinus Lase, Ketua Pemuda Maluku Indonesia Bersatu Fitri Octavia Noya, Himpunan Masyarakat Aceh Serantau Ir Muhamad, Ketua Harian DPP JBMI F. Alfansury Simanjuntak, Ketua Pelaksana Aripay Tambunan serta sejumlah tokoh lain yang berasal dari perwakilan 22 kabupaten dan kota di Sumatera Utara dan keluarga besar Jam’iyah Batak Muslim Indonesia (JBMI).
Penggagas FKN H Arif Rahmansyah Marbun mengatakan, ikhtiar untuk berikrar merajut keberagaman itu pertama kali tercetus bertepatan dengan hari pertama pendaftaran capres dan cawapres pada Pilpres 2024 yang lalu.
“Hingga hari ini pilpres sudah selesai dan kekuatan toleransi serta komitmen kita dalam menjaga harmonisasi keberagaman yang kini terbukti berhasil dan berperan sangat penting menjaga iklim kondusif politik hari ini dan insya Allah akan terus kita jaga ke depannya,” katanya.
Menurut Arif Rahmansyah Marbun yang juga Ketua Umum Jam’iyah Batak Muslim Indonesia (JBMI), dasar pembentukan FKN adalah fakta bahwa Indonesia yang kaya akan keberagaman suku dan budaya yang memerlukan perhatian khusus untuk menjaga keberlangsungan dan harmoni antarkelompok.
“Kebegaraman suku dan budaya adalah aset yang harus dijaga, dipelihara, dan dirawat bersama demi membangun bangsa yang lebih kuat dan bersatu. Untuk itu diperlukan langkah kongkret guna mewujudkan kerja sama antarsuku dan budaya dalam rangka memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa,” ujarnya.
Keberadaan FKN, menurut Arif Rahmansyah Marbun, akan memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa melalui pemeliharaan dan peningkatan apresiasi terhadap keberagaman suku dan budaya Nusantara, di samping juga akan menjadi jejaring kerja sama antarsuku dan budaya untuk memajukan pembangunan nasional yang berkelanjutan dan inklusif.
“FKN juga akan menjadi wadah bagi pertukaran pengalaman, pengetahuan, dan ide antarsuku dan budaya guna mendorong inovasi dan pengembangan potensi lokal. Wadah FKN ini akan kita kembangkan hingga ke level nasional,” ujar Arif yang juga Staf Khusus Wakil Presiden RI KH Ma’ruf Amin sekaligus salah satu Ketua PBNU itu.
Sebelumnya, tokoh keberagaman Sumatera Utara Buya Syekh Ali Akbar Marbun mengajak para tokoh agar menggaungkan semangat dan konsensus kebangsaan yang telah digagas para pendiri bangsa.
“Ini anugerah yang perlu disyukuri dengan saling menghormati dan menghargai sesama anak bangsa. Mari kita rayakan perbedaan dengan memperkuat persaudaraan,” ujarnya.
Syekh Ali Akbar Marbun bahkan mengusulkan agar pertemuan serupa dijadikan layaknya perwiridan, tempat berkumpul berbagai suku dan budaya. “Jadi jangan hanya sekali setahun, tapi harus lebih sering semacam wiridan dan semua itu kita mulai dari Sumatera Utara,” katanya.
Sementara Sultan Deli Sultan Mahmud Aria Lamantjiji Perkasa Shah Alam mengatakan Sumatera Utara merupakan miniatur Indonesia yang harus dijaga keberagamannya.
“Kita memimpikan Sumatera Utara menjadi negeri yang ‘baldatun thayyibatun warabbun ghofur’ yang tidak pernah terpecah belah sampai kapan pun,” katanya.
Sedangkan tokoh Sumatera Utara Dr Rahmat Shah mengajak semua pihak untuk melepas semua embel-embel yang melekat pada diri masing-masing dan bersatu membangun bangsa yang merupakan warisan dari anak cucu.
“Akan sangat luar biasa kalau kita bisa bersatu merajut kebersamaan, berbeda tapi hidup berdampingan dan bersama-sama menjaga keberagaman,” katanya.
Acara silaturahim keberagaman dan halal bihalal tokoh lintas agama, suku dan budaya serta keluarga besar Jam’iyah Batak Muslim Indonesia yang mengambil tema “Bersama Untuk Indonesia Tangguh” itu ditutup dengan makan siang bersama.