Milenial Tiga mengajak kaum milenial dan generasi Z merupakan yang kelompok pemilih terbesar Pemilu dan Pilpres 2024 untuk memilih pemimpin merakyat karena menentukan arah masa depan negara.
"Anak muda umumnya menginginkan pemimpin merakyat, visioner, terbuka, dan responsif terhadap isu-isu sosial, teknologi, dan lingkungan," ucap Ketua Milenial Tiga Shandy Saragi di Medan pekan ini.
Pria yang akrab disapa Oslenk usai menggelar 'democration talk bertema pemimpin ideal di mata kaum milenial: pemimpin gimmick atau merakyat' menyebut ada tiga ciri pemimpin yang diinginkan kaum milenial.
Yakni mereka yang mampu berkomunikasi secara efektif, lalu memahami kebutuhan rakyat, dan terakhir memiliki kesadaran akan kesetaraan serta keadilan.
"Pemimpin yang merakyat yang mendengarkan aspirasi serta bersedia terlibat langsung dengan masyarakat dianggap lebih diinginkan," katanya.
Pihaknya tidak memungkiri akan terjadinya golongan putih dalam Pemilu dan Pilpres 2024, tapi yang terpenting menyuarakan hak pilih oleh kaum milenial dan generasi Z lebih efektif.
"Jadi, lebih baik mencari pemimpin yang sesuai dengan harapan daripada tidak berpartisipasi sama sekali," ungkap Oslenk.
Fredick Broven Ekayanta, SIP, MIP, dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara menyampaikan, pemilih kaum milenial secara umum membuat media sosial sebagai sarana kampanye Pemilu dan Pilpres 2024.
"Fenomena ini ditangkap oleh para calon presiden yang bertarung dalam Pilpres 2024. Namun, jangan sampai maraknya kampanye di media sosial hanya menghasilkan gimmick tak penting dalam menampilkan visi dan misi,” jelasnya.
Pihaknya menjelaskan bahwa saat ini media sosial yang digemari oleh kaum millenial dan generasi Z adalah platform yang menyajikan durasi pendek, seperti Tik Tok dan Instagram.
"Berdasarkan hasil survei sendiri, banyak konstituen menjadikan media sosial dengan durasi pendek sebagai landasan. Para calon sepertinya terus mengaktifkan pola seperti ini. Padahal, masyarakat butuh pemimpin yang merakyat," tegas Fredick.