Jakarta (ANTARA) - Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Kardiovaskular RSCM Birry mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai penyakit gagal jantung jika mengalami sesak nafas dan mudah lelah saat melakukan aktivitas ringan.
“Gejala yang paling sering dikeluhkan pasien adalah sesak nafas atau intoleransi terhadap aktivitas yang dilakukan atau gampang capek dan gampang lelah,” katanya dalam Webinar HUT 103 RSCM yang ditayangkan melalui YouTube RSCM, Selasa.
Birry menuturkan sesak nafas dengan keluhan mudah lelah merupakan gejala khas dari penyakit gagal jantung.
Hal tersebut lantaran jantung tidak cukup kuat untuk memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan jaringan sehingga jantung bekerja lebih berat lagi hanya untuk mencukupi kebutuhan.
hal itu, membuat beban jantung tambah berat dan tentu akan mengeluarkan beberapa keluhan yang khas sekali untuk pasien gagal jantung, katanya.
Baca juga: Kenali gejala gagal jantung pada masa kehamilan
“Gagal jantung ini memang suatu problem yang memengaruhi kualitas hidup Sehingga banyak pasien yang mengalami keterbatasan aktivitas karena mengeluh gampang lelah atau gampang capek atau penurunannya toleransi terhadap suatu tindakan atau aktivitas,” ucapnya.
Namun, lanjutnya, sesak nafas juga bisa disebabkan oleh kegiatan organ lain yang bisa memberi tampilan klinis atau persepsi awal seperti halnya gagal jantung.
Beberapa diantaranya adalah sesak nafas karena masalah paru-paru, asam lambung, gerd dan penyebab lain. Oleh karena itu, sesak nafas menjadi pintu masuk bagi dokter untuk memastikan apakah pasien sesak nafas akibat gagal jantung atau faktor lainnya.
“Harus disikapi secara tepat. Jangan sampai kita memberikan treatment atau edukasi yang salah karena ternyata pasiennya itu tidak gagal jantung atau jantung tapi kita menduganya hal yang berbeda. Atau sebaliknya, tidak sadar bahwa itu gagal jantung,” tuturnya.
Terkait penyebab terjadinya gagal jantung, Birry menyampaikan bahwa 80 persen penyebab gagal jantung adalah penyakit jantung koroner yang diakibatkan oleh masalah metabolik tak terkontrol sebelumnya.
Masalah metabolik tersebut bisa berupa kencing manis, darah tinggi, kolesterol tinggi dan penyebab-penyebabnya lain yang menyebabkan terjadi penyempitan pembuluh darah dan menjadi penyakit jantung koroner.
Penyebab lainnya adalah faktor genetik berupa kerusakan pompa jantung yang membuat jantung bengkak atau membesarnya ukuran jantun. Selain juga akibat adanya infeksi COVID-19, dan hypertensive heart disease.
“Jadi memang kalau ditanya penyebabnya beragam cuma paling banyak karena penyempitan,” sebutnya.
Oleh karena itu, Birry mengajak masyarakat untuk mengendalikan semua faktor risiko yang bisa menyebabkan terjadinya gagal jantung.
Ia meminta masyarakat waspada terhadap penyakit diabetes, kadar kolesterol tinggi dan menjauhi rokok.
Kemudian, istirahat yang cukup, memerhatikan gizi seimbang dengan menjaga pola makan yang memenuhi sayuran hingga protein, membatasi garam, dan melakukan aktivitas fisik secara rutin.
Sedangkan bagi yang sudah terlanjur terdiagnosis gagal jantung, kenali gejala gagal jantung dan jangan sampai tertunda memeriksakan diri karena abai terhadap kondisi kesehatan diri atau keluarga, terutama jika sudah mengalami sesak nafas.
“Jangan lupa minum obat teratur karena obat-obatan diprogram oleh dokter tujuannya adalah untuk mengontrol gejala. Jangan sampai bapak ibu yang menderita jantung harus masuk rumah sakit secara berulang kali. Ketiga, batasi cairan dan batasi garam untuk menghindari jangan sampai terjadi kelebihan cairan,” jelas Birry.