Medan (ANTARA) - Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Himpunan Nelayan Seluruh (HNSI) Kota Medan Abdul Rahman mengatakan kehidupan nelayan saat ini semakin terpuruk akibat ombak besar dan hasil tangkapan yang mereka peroleh juga semakin berkurang.
"Namun demikian nelayan tetap saja pergi melaut demi untuk mencari nafkah keluarga," ucap Abdul, di Medan, Rabu.
Abdul menyebutkan harga BBM jenis solar masih stabil, namun nelayan yang akan pergi melaut sulit untuk mendapatkannya.
"Terkadang nelayan banyak yang tidak melaut akibat kesulitan untuk memperoleh solar," ucapnya.
Ia berharap pemerintah dapat menjadikan Hari Nelayan Nasional pada 6 April 2022 sebagai momentum meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan di pesisir Belawan, Medan, Sumatera Utara.
Pemerintah perlu membantu kehidupan nelayan di Medan yang lebih kurang sekitar 14 ribu orang masih tergolong miskin. Masih banyak yang belum memiliki rumah tempat tinggal dan hanya menyewa rumah.
"Untuk membantu nelayan tersebut dengan cara meningkatkan harga jual hasil tangkapan mereka agar lebih tinggi dibanding biaya produksi, serta membantu meningkatkan kuantitas tangkapan nelayan dengan metode yang lebih canggih," katanya.
Ketua HNSI Medan berharap momentum hari nelayan nasional ini dapat berpihak pada kepentingan nelayan dan memperkuat pemberdayaan masyarakat nelayan agar lebih sejahtera.
Pemberdayaan nelayan yang berada di daerah dan khususnya di Medan sangatlah diperlukan untuk mengatasi persoalan kemiskinan nelayan di Tanah Air.
"Kalau slogan negara maritim sudah tepat, tapi saat ini nelayan belum dapat merasakan sepenuhnya, " jelasnya.
Abdul menambahkan, HNSI Kota Medan saat ini juga rutin memberikan bantuan kepada nelayan walaupun sedikit. Juga belum menyeluruh untuk dapat membantu nelayan Medan yang mencapai belasan ribu orang itu.
Hari Nelayan Nasional diperingati untuk mengapresiasi jasa para nelayan Indonesia dalam upaya pemenuhan kebutuhan protein dan gizi bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia.