Simalungun (ANTARA) - Ramadhan 1443 Hijriyah tinggal hitungan jari, dua atau tiga hari lagi. Berbagai kegiatan pun dilakukan Umat Islam menyambut bulan penuh berkah itu.
Satu di antaranya membasahi rambut dengan pangir, campuran rempah-rempah yang memiliki aroma wewangian. Umumnya, satu hari menjelang Ramadhan.
Mandi pangir atau marpangir, begitu sebutannya, memberikan motivasi tertentu sebagian besar Umat Islam dalam menjalani puasa, selain melestarikan tradisi warisan leluhur.
"Wanginya beda dengan parfum, lebih segar," sebut Rani (32), warga Kota Pematangsiantar, Rabu (30/3).
Diakui, sejak kecil diajarkan orang tuanya supaya marpangir saat mandi sore, sehari sebelum puasa dan kebiasaan ini diteruskan ke anak-anaknya.
Bagi ibu anak tiga ini, mandi pangir bukan merupakan keharusan, hanya saja penanda bahwa besok puasa, apalagi aromanya khas.
Bagi Marti (43), warga Huta IV, Nagori (Desa) Karang Rejo, Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun, mendapat manfaat tambahan dengan pangir.
Begitu juga bagi Isni (52), Eva (31), Boini (35) yang membantu ibu anak dua itu mengemas setidaknya lima jenis tumbuhan menjadi satu ikatan.
Pangir yang terdiri dari daun pandan, daun sere wangi, bunga pinang, daun jeruk purut, daun nilam, tepus dan akar wangi menjadi rejeki tahunan, menambah penghasilan keluarga.
Marti dan kelompoknya bisa menghasilkan puluhan ribu ikat pangir, yang dipasarkan di pusat perbelanjaan tradisional di Kota Pematangsiantar, Pasar Horas dan Pasar Dwikora.
Ada juga orderan atau pesanan dari luar daerah, kabupaten/kota pesisir Timur Provinsi Sumatera Utara sampai ke Pekanbaru, Provinsi Riau.
Bahan baku pangir tinggal petik, ada di pekarangan rumah dan sebagian lahan perladangan.
