New York (ANTARA) - Dolar mundur sedikit dari level tertinggi 16-bulan pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), saat para pedagang menilai apakah lonjakan mata uang AS baru-baru ini, didorong oleh ekspektasi pengetatan bank-bank sentral yang berbeda di tengah lonjakan inflasi di seluruh dunia, sudah terlalu jauh.
Indeks dolar, yang mengukur mata uang AS terhadap sekeranjang enam mata uang utama saingannya, mencapai tertinggi sejak pertengahan Juli 2020 pada Rabu (17/11/2021) di 96,226, tetapi terakhir turun 0,272 persen pada 95,553.
"Kami telah mengalami pergerakan dolar yang sangat besar dalam beberapa minggu terakhir, dan saya pikir kami sedang mengambil jeda sekarang," kata Erik Nelson, ahli strategi mata uang di Wells Fargo Securities.
Data AS baru-baru ini menunjukkan inflasi pada Oktober berjalan pada titik terpanas sejak 1990, sementara angka penjualan ritel melampaui perkiraan, membuat pasar memperkirakan kenaikan suku bunga lebih awal oleh Federal Reserve daripada yang telah diantisipasi, mendorong greenback menguat.
"Dolar telah mengalami reli penuh dan sekarang pasar akan mundur dan menilai apakah memang tema inflasi berlanjut pada kecepatan yang diperkirakan semua orang," kata Boris Schlossberg, direktur pelaksana strategi valas di BK Asset Management.
"Jika itu benar, maka tidak ada yang menghentikannya, tetapi saya pikir jika angka-angka mulai sedikit lebih dingin saat kita maju, Anda pasti akan melihat sedikit kemunduran dolar di seluruh papan."
Euro naik 0,45 persen menjadi 1,13695 dolar AS, memantul dari level terendah 16-bulan pada Rabu (17/11/2021) di bawah 1,13 dolar AS.
Sterling naik tipis 0,1 persen versus greenback menjadi 1,3494 dolar AS, setelah melonjak 0,5 persen pada Rabu (17/11/2021), setelah data menunjukkan kenaikan inflasi di Inggris bulan lalu menumpuk tekanan pada bank sentral Inggris untuk menaikkan suku bunga pada pertemuan bulan depan.
Dolar Selandia Baru naik 0,55 persen menjadi 0,7036 dolar AS setelah survei bank sentral menunjukkan inflasi jangka pendek diperkirakan akan meningkat.
Di tempat lain, lira Turki turun lagi 2,83 persen setelah bank sentralnya memangkas suku bunga sebesar 100 basis poin menjadi 15 persen, bahkan dalam menghadapi inflasi mendekati 20 persen, mengirim mata uang Turki meluncur ke arah selatan.
"Lira tetap menjadi karung tinju, dan pelemahan lebih lanjut tidak ada habisnya," kata Edward Moya, analis pasar senior di Oanda.
Lira telah kehilangan sekitar 11,5 persen dari nilainya bulan ini di tengah kritik baru Presiden Tayyip Erdogan terhadap suku bunga dan seruan untuk stimulus meskipun ada risiko. Lira terakhir di 10,909, setelah sebelumnya mencapai rekor terendah 11,30 per dolar.
Mata uang terkait komoditas rebound bersama dengan harga minyak, yang sebelumnya telah turun ke posisi terendah enam minggu.
Dolar Kanada naik tipis dari level terendah enam minggu, menguat 0,08 persen menjadi 1,26 dolar Kanada per dolar AS. Pasar memperkirakan bank sentral Kanada akan mulai menaikkan suku bunga awal tahun depan.
Dolar Australia juga bergerak naik dari level terendah enam minggu di 0,7251 dolar AS dan terakhir naik 0,16 persen pada 0,72765 dolar AS.