Medan (ANTARA) - Harga crude palm oil (CPO) mulai melemah sejak awal Juni atau rata-rata Rp9.863 per kilogram sebagai dampak melemahnya harga minyak kedelai di tengah juga meningkatnya produksi minyak sawit.
Sekretaris Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Sumut, Darma Sucipto, di Medan, Minggu (27/6), menyebutkan, harga jual CPO/minyak sawit mentah itu sudah turun sejak awal Juni.
Padahal sejak Januari hingga Mei harga CPO tren menguat.
Baca juga: Ekspor lemak dan minyak hewan/nabati Sumut capai 1,511 miliar dolar AS
Penurunan harga CPO karena harga minyak kedelai di Amerika Serikat turun tajam. Di tengah harga kedelai turun, produksi minyak sawit meningkat terutama di Malaysia.
Kebijakan Amerika Serikat yang merevisi ketentuan penggunaan biofuels untuk menyelamatkan kilang minyak bumi di AS agar tidak menimbulkan pengangguran juga mempengaruhi.
Harga CPO pada tender Kharisma Perusahaan Bersama Nusantara (KPBN) pada Januari rata-rata Rp9.746 per kg.
Kemudian Februari Rp9.760, Maret Rp10. 347, April Rp10.794 dan Mei Rp11. 486 per kg.
"Sebenarnya harga CPO saat ini masih dalam keekonomian. Cuma karena sudah naik tinggi sebelumnya, penurunan harga saat ini membuat khawatir," katanya.
Harapannya, harga CPO akan naik lagi walau agak berat karena produksi juga masih akan banyak.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut menyebutkan, pada Januari-April (kuartal 1) 2021 devisa dari barang lemak dan minyak hewan/nabati sudah 1,511 miliar dolar AS dari periode sama 2020 yang masih 929,436 juta dolar AS.
Naiknya devisa/nilai ekspor golongan barang itu, katanya, didorong kenaikan volume dan harga ekspor.
Ekspor barang lemak dan minyak hewan/nabati Sumatera Utara itu terbesar ke Republik Rakyat Tiongkok (RRT), India dan Eropa.